Pagi tadi setelah bangun tidur, dengan kondisi terkantuk-kantuk Alaric berucap bahwa dia tidak mau ke sekolah hari ini. Sebagai orang tua yang baik, tentunya kita tidak perlu merespon dengan berlebihan untuk hal seperti ini. Apalagi kepada anak usia pra sekolah. Sambil memeluknya Ayah bertanya?
"Ada masalah di sekolah?" tanya ayah.
"Ngga," jawabnya singkat.
"Ayah senang kalau sekolah. Disana bertemu banyak teman. Alaric juga banyak temannya kan di sekolah?"
Dia hanya mengangguk pelan.
"Di sekolah, selain bertemu banyak teman Alaric juga bisa bermasin bersama bu guru. Bu guru kasih pengetahuan yang banyak sekali agar otak kita cerdas," sambung ayah lagi.
"Tapi aku ngga mau sekolah hari ini," katanya lagi.
"Oke kalau memang tidak mau berangkat? Masih ingat aturan kita di rumah?"
Di rumah, kami memang punya kesepakatan. Jika Alaric memutuskan untuk tidak sekolah artinya dia siap belajar sendiri di rumah. Dia tidak punya kesempatan untuk main di luar, hanya membaca buku dan beraktifitas di rumah saja. Kesekapatan ini tentunya kami buat bersama dalam sebuah diskusi diiringi pijakan bahwa sekolah adalah kebutuhan kita semua. Ayah pun yang sudah dewasa tetap butuh belajar dan sekolah (baca : kuliah).
Alaric terdiam.
"Jadi bagaimana, siap untuk berangkat sekolah?" tanya ayah lagi.
Dia mengangguk. Lalu ayah pun membopongnya ke dapur dan mempersilakannya untuk mandi setelah melepas pakaian.
Masalah clear.
Anak Ngambek Tidak Mau Sekolah (Ilustrasi) |
Cari Akar Masalah Anak Mogok Sekolah
Sebenarnya, bukan kali ini saja Alaric ngambek tidak mau sekolah. Beberapa waktu lalu dia juga pernah tidak mau sekolah. Ada-ada saja alasannya. Yang katanya sekolahnya ga seru, snacknya buah terus, sampai capek. Untuk alasan yang terakhir ini sebenarnya sempat menjadi pikiran ayah juga karena jarak rumah dan sekolahnya yang jauh mengharuskan dia berangkat lebih awal bersama ayahnya. Terkadang dalam kondisi masih mengantuk, dia sudah harus mandi lebih pagi, sarapan, lalu melakukan perjalanan kurang lebih 45 menit.
Di dekat rumah kami ada sekolah islam terpadu sebenarnya. Hanya saja, kami tetap menjaga agar program rumah dan sekolah sama. Itu kenapa meskipun jarak sekolahnya Alaric jauh, tetap kami menyekolahkan di sekolah sekarang yang menerapkan pola pendidikan non direct teahing yang menurut kami efektif membangun kemampuan berpikir anak.
Kembali pada alasan anak mogok sekolah, orang tua memang sudah seharusnya jeli membaca anak. Setiap rengekannya adalah bentuk komunikasi. Kita perlu menggali lebih dalam apakah faktor penyebabnya internal ataukah eksternal. Jika masalahnya dari dalam diri anak misalnya akibat kedekatan terlalu berlebihan dengan orang tua, trust dengan ibunya belum terbangun, ini yang perlu diurus,
Sebaliknya jika faktornya adalah eksternal semisal mainan atau kegiatan di sekolah yang kurang menarik, teman di sekolah ada yang suka merundung (bully), atau guru yang kurang bersahabat, maka hal inilah yang harus diselesaikan.
Bagaimana Solusi untuk Mengatasi Anak Mogok Sekolah?
Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah memastikan anak tetap berangkat ke sekolah. Jika satu kali apalagi sering dibiarkan semaunya untuk tidak sekolah hingga masuk usia sekolah dasar akan merepotkan orang tua sendiri dan semakin sulit membuatnya ke sekolah. Disinilah butuh kesabaran dan kekuatan orang tua.
Saat anak mengungkapkan perasaannya bahwa 'malas' ke sekolah, sebaiknya orang tua tidak merespon secara negatif. Apalagi sampai mengomeli dan memarahinya. Yang anak butuhkan saat itu adalah motivasi agar dia mau ke sekolah. Bicara dengan lemah lembut. Cari tahu akar masalahnya dimana lalu tuntaskan.
Misalnya saat Alaric ungkapkan bahwa dia bosan main di sekolah. Kami berusaha untuk berkomunikasi dengan guru tentang kegiatan Alaric bahwa anak pra sekolah 3-5 tahun butuh kegiatan fisik yang banyak di pagi hari. Berbeda ketika dia beralasan tentang snack yang itu-itu saja (hanya buah). Kami berikan pijakan manfaat dari kenapa kita harus makan buah. Cerita lagi tentang kenapa Allah ciptakan gigi kita bermacam-macam. Itu adalah salah satu sunnatullah agar kita makan bermacam-macam jenis makanan. Salah satunya adalah gigi seri yang banyak dipakai untuk memotong-motong buah.
Setiap akar masalah, tentu beda solusinya. Orang tua harus cermat dalam membaca anak. Jika sudah temukan akar masalah, jangan segan-segan untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah agar ditemukan solusi yang tepat. Jangan biarkan masalah mogok sekolah ini berkelanjutan. Apalagi sampai ke usia sekolah dasar atau sekolah menengah. Tentuk semakin besar usianya semakin sulit membaca akar masalah dan menemukan solusinya.
Selamat jadi orang tua bermutu
*Tulisan Ayah
0 comments:
Post a Comment