tag:blogger.com,1999:blog-62687941405755651012024-03-25T12:43:29.235+07:00Alaric ~ Cutie BabyBlog Bayi, tips seputar merawat bayi, artikel perkembangan bayi dan anakSaid Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.comBlogger48125tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-84137764413385558742024-03-25T12:42:00.002+07:002024-03-25T12:42:55.851+07:00Mengatur Jadwal Makan dan Puasa Anak Balita<p style="text-align: justify;">Adik Ale sekarang sudah genap berusia 5 tahun. Waktu abang Al seusianya, latihan puasa sudah dimulai. Abang mulai belajar berpuasa Ramadhan di usia tersebut yakni ketika masuk TK.</p><p style="text-align: justify;">Adik sekarang sudah di TK kelas A. Namun sampai hari ke-12 ini memang Adik baru belajar berpuasa 2 hari saja. Itu pun hanya sampai jam 10 dan jam 11. Kendala terbesar adalah membangunkan adik saat sahur karena adik biasanya tidur setelah abang. Berbeda dengan abang dulu yang sudah terbiasa tidur setelah Isya.</p><p style="text-align: justify;">Kami memang mengajarkan berpuasa dengan tetap mengenalkan makan sahur sebagai bagian dari ritual berpuasa. Tanpa sahur, kami tidak menyebutnya berpuasa meskipun adik tidak makan dari pagi hingga siang hari di waktu dzuhur. </p><p style="text-align: justify;">Baca Juga : <b><a href="https://www.sialaric.web.id/2023/04/membangunkan-anak-saat-sahur-tanpa-drama.html" target="_blank">Membangunkan Anak Saat Sahur Tanpa Drama</a></b></p><p style="text-align: justify;">Nah memasuki bulan Ramadhan seperti ini, banyak orang tua merasa khawatir tentang bagaimana cara mengatur jadwal makan dan puasa bagi anak balita mereka. Kekhawatiran itu umumnya dipicu oleh perhatian ayah bunda terhadap kebutuhan nutrisi dan kesehatan anak selama bulan puasa. Misalnya apakah dengan ikut latihan berpuasa, nutrisi anak balita ini masih tetap terpenuhi. </p><p style="text-align: justify;">Namun dengan perencanaan yang baik dan pengetahuan tentang cara yang tepat, orang tua dapat membantu anak balita menjalani bulan Ramadhan dengan nyaman dan sehat. Apa saja yang perlu diperhatikan?</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://www.arabnews.com/sites/default/files/styles/n_670_395/public/main-image/2020/05/05/2091441-1106164016.jpg?itok=Qfx-K0po" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="395" data-original-width="670" height="395" src="https://www.arabnews.com/sites/default/files/styles/n_670_395/public/main-image/2020/05/05/2091441-1106164016.jpg?itok=Qfx-K0po" width="670" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Balita belajar berpuasa (Ilustrasi by arabnews.com)</td></tr></tbody></table><h4 style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">1. Persiapkan Anak Sejak Dini</span></h4><p>Pengalaman Abang Al pertama kali belajar berpuasa, sebelum bulan Ramadhan tiba persiapan sudah dilakukan secara perlahan-lahan. Pembiasaan jadwal makan yang lebih teratur dan atur waktu akan membantu si kecil mengenal puasa secara bertahap. Ketika sudah siap, mulailah dengan mengajak mereka untuk berpuasa setengah hari terlebih dahulu atau pada jam-jam tertentu. Adik misalnya, belajar buka puasa pertama ketika jam sekolahnya usai yakni ketika jam 11 siang. Kemudian tingkatkan durasi puasanya secara perlahan.</p><p>Pembelajaran berpuasa ini harus dimulai sejak dini. Jika anak belum terbiasa di usia dini dan baru mulai berpuasa di usia sekolah dasar misalnya 7-10 tahun, kita juga tetap lakukan secara bertahap atau perlahan. Jangan memaksa mereka untuk langsung berpuasa sehari penuh.</p><p>Abang Al mulai puasa sehari penuh ketika masuk SD dan bisa berpuasa hampir sebulan penuh ketika berusia 8 tahun. </p><h4 style="text-align: left;">2. Perhatikan Pola Makan yang Seimbang</h4><p>Pastikan anak balita mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama waktu berbuka dan sahur. Sajikan makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta serat. Hindari makanan yang terlalu manis atau berlemak tinggi, karena dapat membuat si kecil cepat lapar dan kurang bergizi.</p><h4 style="text-align: left;">3. Jadwalkan Waktu Makan dengan Bijak</h4><p>Penting untuk menyesuaikan jadwal makan anak balita dengan waktu berbuka dan sahur. Pastikan mereka makan dengan cukup waktu untuk mencerna makanan sebelum mulai berpuasa lagi. Atur juga jadwal makan yang teratur dan seimbang di antara waktu sahur dan berbuka.</p><p>Ketika belajar berpuasa, tepat atur waktu makan yang teratur ini. Misalnya anak baru makan jam 11 dan makan lagi snack camilan sekira jam 2 atau jam 3 sore. Ajarkan mereka untuk tetap tidak makan di sela-sela waktu sahur sampai berbuka siang hari tersebut agar mereka mengenal jadwal dan pola.</p><h4 style="text-align: left;">4. Berikan Minuman yang Cukup</h4><p>Selama bulan puasa, pastikan anak balita Anda tetap terhidrasi dengan baik. Berikan minuman yang cukup saat sahur dan berbuka, seperti air putih, jus buah tanpa tambahan gula, atau susu. Hindari minuman yang mengandung kafein atau terlalu manis.</p><h4 style="text-align: left;">5. Perhatikan Tanda-tanda Kesehatan Anak</h4><p>Bagaimana pun, kesehatan balita adalah yang terpenting. Perhatikan tanda-tanda kesehatan ini selama bulan puasa dan belajar berpuasa. Jika anak terlihat lemas, lesu, atau mengalami masalah kesehatan lainnya, segera hentikan puasanya dan berikan perawatan yang diperlukan. </p><p>Baca juga : <a href="https://www.sialaric.web.id/2023/03/ketika-anak-merengek-meminta-batal-puasa.html" target="_blank"><b>Ketika Anak Merengek Meminta Batal Puasa</b></a></p><p>Dengan mengikuti tips di atas dan memperhatikan kesehatan serta kebutuhan nutrisi anak balita selama bulan Ramadhan, ayah bunda dapat membantu mereka menjalani puasa dengan nyaman dan sehat. </p><p>Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi jika diperlukan untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi si kecil.</p><p>Selamat berlatih ayah bunda</p><p>Referensi:</p><p>1. "Ramadan and Your Child's Diet." American Academy of Pediatrics, www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/COVID-19/Pages/Ramadan-and-Your-Childs-Diet.aspx.</p><p>2. Al-Mulla, Noura. "Practical Tips for Parents: Ramadan Fasting and Your Childβs Diet." Hamad Medical Corporation, www.hamad.qa/EN/news/2017/June/Pages/Practical-Tips-for-Parents-Ramadan-Fasting-and-Your-Childs-Diet.aspx.</p><p>3. "Ramadan Health Guide for Healthy Children." Dubai Health Authority, www.dha.gov.ae/en/MedicalSpecializations/Pages/RamadanHealthGuideForHealthyChildren.aspx.</p>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-21567504894472087082023-04-09T21:03:00.006+07:002023-04-09T21:29:59.589+07:00Membangunkan Anak Saat Sahur Tanpa Drama<p>Sudah lebih dari separuh jalan Bulan Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah sampai hari ini abang Al masih semangat berpuasa. Drama-drama di awal puasa seperti <b><a href="https://www.sialaric.web.id/2023/03/ketika-anak-merengek-meminta-batal-puasa.html" target="_blank">merengek ingin buka (batal) puasa</a></b>, sampai coba-coba makan es batu dan permen, sudah tidak terjadi lagi. Sekarang puasanya benar-benar sudah full dari sahur hingga buka.</p><p>Tapi menjelang separuh jalan ini, drama bangun sahur masih terjadi. Kadang-kadang abang masih sudah dibangunkan. Terlebih kalau malam harinya abang tidur kemalaman akibat tidur siangnya suka kebablasan dari habis dzuhur sampai jam 5 sore. Akhirnya kadang abang perlu digendong dari kasur ke dapur agar siap makan sahur. Kadangkala ada drama harus disuapi agar makan sahurnya banyak.</p><p>Makan sahur ini begitu penting. Konsep makan sahur sebagai persiapan berpuasa harus tertanam di pikiran anak. Apalagi aktivitas anak di siang hari lebih sering bergerak aktif. Makanya, sahur menjadi hal yang tak boleh dilewatkan anak secara sengaja karena menjadi sumber energi bagi aktivitas anak seharian saat berpuasa.</p><p>Membangunkan anak sahat sahur merupakan tantangan sendiri bagi para orang tua. Semua orang tua yang memiliki anak-anak yang sedang belajar berpuasa, tentu merasakan tantangan ini. 5 tips ini kami jalankan untuk membantu agar anak bisa bangun sahur tanpa drama.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2021/04/19/3588346077.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="465" data-original-width="700" height="465" src="https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2021/04/19/3588346077.jpg" width="700" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makan Sahur Bersama Ananda (sumber gambar : Pikiran Rakyat)</td></tr></tbody></table><br /><b>Baca juga : <a href="https://www.sialaric.web.id/2022/04/kapan-mengajak-anak-tarawih-ke-masjid.html" target="_blank">Kapan Mengajak Anak Tarawih ke Masjid?</a><br /></b><h2 style="text-align: left;">5 Cara Agar Anak Bangun Sahur Tanpa Drama</h2><h3 style="text-align: left;">1. Buat Jadwal Bangun Sahur</h3><p>Membuat jadwal bangun sahur adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu anak bisa bangun tepat waktu. Jadwal ini tentunya bisa disesuaikan dengan kebiasaan tidur ananda. Kalau anak terbiasa tidur jam 9 malam, bangun sahur jam 4 cukup baginya. Di Tahun 2023 ini masih ada waktu sekira 30 menit bagi anak untuk santap sahur sebelum Imsak. </p><p>Jadwal bangun sahur yang tetap setiap hari akan sangat bermanfaat bagi irama sirkadian anak. Harapannya setelah bulan Ramadhan, anak-anak masih tetap terbiasa bangun pagi sebelum subuh.</p><h3 style="text-align: left;">2. Sediakan Makan Sahur yang Menarik</h3><p>Makanan sahur yang enak dan menarik bisa membantu ananda bangun dengan semangat. Buatlah menu sahur yang beragam, sehat dan lezat. Hindari makanan yang berat dan sulit dicerna seperti makanan berlemak atau berminyak. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang cukup untuk memberikan energi sepanjang hari seperti telur, oatmeal, buah-buahan, dan roti gandum.</p><h3 style="text-align: left;">3. Ajak Anak Bersama-sama Menyiapkan Makan Sahur</h3><p>Membuat makanan sahur bersama-sama dengan anak-anak bisa meningkatkan semangat mereka untuk bangun dan makan sahur. Ajak anak-anak untuk membantu memilih menu sahur dan mempersiapkan makanan. Berikan tugas yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak-anak. Misalnya, anak-anak yang lebih kecil bisa membantu mencuci buah-buahan atau mengaduk adonan sementara anak-anak yang lebih besar bisa membantu memasak.</p><p>Abang Al biasanya sejak sore sudah pesan dan membuat rencana mau makan sahur apa. Perencanaan bisa dilakukan bersama anak mulai dari berbelanja bahan makanan sampai kegiatan menyiapkan makan ketika bangun sahur.</p><h3 style="text-align: left;">4. Bangunkan Anak dengan Lembut dan Penuh Perhatian</h3><p>Di perumahan umumnya sudah ada petugas yang membangunkan sahur melalui TOA di masjid. Kadangkala ada juga yang keliling perumahan membangunkan dengan bedug dan suara kentongan. Tapi sebaiknya hindari membangunkan anak dengan cara yang keras atau tiba-tiba. </p><p>Gunakan suara yang lembut dan penuh perhatian untuk membangunkan mereka. Jika ananda kesulitan untuk bangun, ajak mereka untuk membuka jendela atau menyalakan lampu agar mereka merasa lebih segar. Dengan lampu smart dari BARDI, kamar otomatis menjadi terang ketika jadwal bangun sahur ananda.</p><h3 style="text-align: left;">5. Berikan motivasi yang positif pada Ananda untuk bangun dan makan sahur</h3><p>Sebelum bulan Ramadhan tiba, orang tua perlu mengajak anak berdiskusi tentang kegiatan puasa dan hal-hal yang umum dilakukan di Bulan Ramadhan termasuk tentang pentingnya makan sahur serta contoh sahur yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Diskusi ini tetap bisa dilanjutkan ketika bulan puasa tiba.</p><p>Selain diskusi tentang aktivitas di bulan puasa, kita juga perlu berdiskusi tentang makanan dan bagaimana makanan yang dimakan saat sahur akan sangat berguna dan membuat puasa kita menjadi lebih kuat. </p><p>Demikian 5 langkah agar terhindar dari drama membangunkan anak saat sahur. Semoga bermanfaat bagi ayah dan bunda. Kalau ayah bunda punya pengalaman lain membangunkan anak saat sahur, yuk tulis di kolom komentar di bawah ini.</p><p>Selamat mencoba.... Semoga jadi orang tua bermutu yang layak dicintai anaka-anak kita.</p>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-43646813577428774612023-03-26T11:41:00.000+07:002023-03-26T11:55:01.878+07:00Ketika Anak Merengek Meminta Batal Puasa<p>Saat ini abang Al sudah duduk di kelas 3. Sejak kelas 1 (satu) SD kemarin sebenarnya abang sudah berlatih puasa sehari penuh (<i>full</i>). Jadi setidaknya dia sudah memiliki pengalaman dua tahun berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Sedangkan ketika berusia 5 tahun ke bawah atau saat berada di TK, dia baru belajar berpuasa setengah hari saja.</p><p>Tahun ini abang kembali belajar berpuasa sehari penuh. Karena belum sempat mencoba berpuasa sunnah di bulan Rajab dan Sya'ban, rasanya abang seperti memulai dari awal lagi. Seharusnya memang meskipun sudah jauh-jauh hari kami membicarakan bulan Ramadhan ini, tetap saja akan lebih baik anak berlatih sejak bulan Rajab dan Sya'ban agar tidak terlalu kaget ketika langsung berpuasa sehari full di bulan Ramadhan.</p><p>Hari pertama ditambah suasana Kota Tangerang yang sangat panas, abang beberapa kali sempat minta batal puasanya.</p><p><i>"Boleh ya yah. Sampe dzuhur saja. Al haus banget,"</i> katanya merengek-rengek.</p><p><i>"Ya, memang haus kalau kita berpuasa. Tapi kan puasa memang menahan diri. Boleh minum, nanti ketika maghrib. Sekarang abang boleh istirahat atau tidur."</i></p><p>Begitulah. Berulang kali abang meminta buka puasa, berulang kali pula ayah dan mama tak bosan memberikan motivasi karena kami tahu ini bukan pengalaman pertama kalinya abang berpuasa. Ini sudah tahun ketiga dia berpuasa sehari penuh.</p><h2 style="text-align: left;">Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Merengek Minta Batal Puasa?</h2><p>Bagi anak-anak, berpuasa menahan lapar dan haus bukan sesuatu yang mudah. Itu kenapa mereka perlu belajar untuk siap berpuasa dengan benar di usia akil balighnya nanti. Namun, orang tua juga perlu menyadari bahwa <a href="https://www.sialaric.web.id/2020/04/melatih-anak-berpuasa-sejak-dini.html" target="_blank">belajar berpuasa</a> adalah proses yang bukan instan. Seharusnya sejak dini orang tua sudah mengenalkan anak tentang bagaimana berpuasa.</p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8TpmbpVp_V6nkexJqbGcikcwLfxMcslq-CQ8DMBB2210UuGea8UtiJVaWZbft-2C9dDJcCY3C7ZjMbueu2ztoRhmPVFo9cC7AR3YhcMIKbqq-_KIyZQlMIUCDhXf3tuMLDfZxj10jw7g/s1600/1679805683741817-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8TpmbpVp_V6nkexJqbGcikcwLfxMcslq-CQ8DMBB2210UuGea8UtiJVaWZbft-2C9dDJcCY3C7ZjMbueu2ztoRhmPVFo9cC7AR3YhcMIKbqq-_KIyZQlMIUCDhXf3tuMLDfZxj10jw7g/s1600/1679805683741817-0.png" width="400">
</a>
</div><p></p><p>Yang sebaiknya dihindari orang tua adalah mengancam anak jika tidak berpuasa serta memberikan iming-iming hadiah tertentu jika anak mampu berpuasa. Hal-hal semacam ini bisa merusak niat dan keinginan anak berpuasa.</p><p>Karena anak-anak dalam proses belajar, maka respon yang tepat saat anak merengek minta batal puasa akan membantu anak belajar berpuasa dengan benar. </p><p>Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orang tua saat anak merengek minta batal puasa :</p><h3 style="text-align: left;">1. Tetap Tenang dan Terima Anak</h3><p>Tetap tenang ketika anak merengek minta batal puasa juga bukan sesuatu yang mudah bagi para orang tua. Pasti ada perasaan kesal dan kecewa kepada anak. Tapi yang perlu orang tua ingat adalah, selama belum akil baligh sebenarnya anak-anak kita belum dibebankan dengan kewajiban berpuasa. Sampai mereka baligh, mereka tetap sedang belajar berpuasa. Cobalah untuk merasakan kita di posisi mereka dan mengingat kembali bagaimana masa kecil kita atau saat kita sesusia mereka dulu. </p><p>Merespon dengan tenang akan membuat anak merasa diterima. Orang tua juga bisa berempati dengan komunikasi yang berterima seperti :</p><p><i>"Ya, mama tahu kamu lapar dan haus."</i></p><p>atau..</p><p><i>"Memang, kalau sedang berpuasa kita haus dan juga lapar."</i></p><p>Kalimat menerima seperti ini akan membuat anak merasa tidak bersalah dan diterima. </p><h3 style="text-align: left;">2. Alihkan dengan Kegiatan Lain</h3><p>Setelah menerima kondisi mereka yang sedang tahap belajar, cobalah untuk mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan lain. Biasanya anak-anak yang merengek minta buka puasa dikarenakan mereka kurang disibukkan dengan kegiatan.</p><p>Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk bekerjsama dengan sekolah agar menyediakan berbagai kegiatan kreatif yang dapat dilakukan anak di rumah selama berpuasa. Orang tua juga bisa merancang berbagai kegiatan permainan papan (<i>board game</i>), membaca buku bersama, atau menonton film dengan batasan.</p><p>Kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu anak lupa akan rasa lapar dan haus sementara.</p><p>Ketika abang Al merasa haus di hari pertama berpuasa kemarin, setelah shalat dzuhur kami gelapkan suasana rumah dan mengajaknya tidur siang sampai masuk waktu Ashar. Lumayan ini bisa mengalihkan dia dari merengek minta buka puasa.</p><h3 style="text-align: left;">3. Berikan Pemahaman Pentingnya Puasa</h3><p>Sebagai orang tua, kita harus menjelaskan pentingnya berpuasa dan memberikan pemahaman tentang keutamaan bulan Ramadhan. Fokuslah pada mengapa kita harus berpuasa dan mengapa penting menahan lapar dan haus selama berpuasa.</p><p>Tanpa harus menceramahi mereka, berikan pemahaman secara nyata maupun diskusi. Misalnya ajak anak untuk ke luar rumah bertemu dengan orang-orang yang kurang beruntung. Tanyakan kepada mereka,</p><p><i>"Menurut abang kira-kira bapaknya sudah makan belum ya?"</i></p><p>Bacakan buku-buku yang juga menjelaskan tentang keutamaan berpuasa serta bagaimana hewan-hewan juga berpuasa. Anak-anak akan tertarik ketika itu dekat dengan mereka.</p><h3 style="text-align: left;">4. Hindari Ancaman</h3><p>Banyak orang tua memilih mengancam ketika anak ingin membatalkan puasa. Misalnya dengan berkata,</p><p><i>"Awas ya.... nanti mama ga belikan es krim kalau puasanya batal."</i></p><p>atau</p><p><i>"Batalin aja, nanti THR nya mama potong."</i></p><p>Mengancam anak membuat mereka tidak nyaman. Apalagi disertai dengan iming-iming jika mereka tetap melanjutkan puasanya. Niat puasa anak menjadi rusak :-D</p><h3 style="text-align: left;">5. Dukung dan Apresiasi</h3><p>Alih-alih mengancam, orang tua seharusnya memotivasi anak misalnya dengan bicara,</p><p><i>"Mama yakin abang bisa kuat puasanya. Ini kan bukan pengalaman pertama abang puasa. Tahun kemarin bisa, pasti sekarang juga bisa."</i></p><p>atau</p><p><i>"Iya memang lemas kalau puasa. Apalagi baru dua hari. Tubuhnya butuh beradaptasi ya. Yuk kita jalan-jalan aja," </i>sambil mengalihkan perhatian anak.</p><p>Lalu ketika mereka berhasil melanjutkan puasanya, jangan segan untuk memberikan apresiasi atas usahanya.</p><p>"<i><b>Masyaa Allah</b>. Mama senang. Abang masih kuat puasanya sampai jam 5. Tinggal satu jam lagi lho bang buka puasanya, ayo semangat!"</i></p><p><i>"Terima kasih ya sudah berusaha untuk kuat puasa. Semoga dengan latihan ini abang makin sabar."</i></p><p>Dan banyak ungkapan apresiasi lainnya. Yang perlu orang tua ingat adalah, apresiasi diberikan atas usaha anak bukan hanya memuji-muji anak dengan ungkapan anak sholeh, anak hebat, anak bintang, dan sebagainya.</p><h2 style="text-align: left;">Menyiapkan Anak Kuat Berpuasa </h2><p>Selama proses belajar tidak masalah anak-anak bertahap dalam menjalankan ibadah puasanya. Misalnya jika memang ini merupakan pengalaman perdana mereka berpuasa tidak ada salahnya misalnya menuruti keinginan mereka untuk membatalkan puasanya sambil terus orang tua memotivasi usaha mereka.</p><p>Makan siang lalu dilanjutkan dengan tidak makan minum lagi sampai waktu berbuka, bisa menjadi pola belajar puasa yang tidak memberatkan bagi anak.</p><p>Agar mereka kuat, orang tua perlu menyiapkan makan dan minum bermutu bagi anak baik ketika sahur ataupun saat berbuka puasa. Ketika sahur misalnya, berikan susu atau sereal favoritnya setelah anak makan sahur. Motivasi anak untuk mau makan sayur ketika sahur. Berikan penjelasan bahwa sayur akan membantu kita lebih kuat berpuasa karena lebih lama dicerna oleh tubuh.</p><p>Saat berbuka, orang tua juga bisa hadirkan makanan favorit anak. Yang penting tidak dijanjikan di awal puasa, makanan favorit yang disajikan saat sahur dan buka membuat anak merasa dihargai. Motivasi anak untuk banyak minum air putih dan sediakan jus buah segar saat berbuka agar energi anak bisa kembali lagi setelah berpuasa seharian.</p><p>Membelajarkan anak berpuasa memang bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika orang tua ingin menjaga anak berpuasa bukan karena iming-iming hadiah maupun ancaman. Maka kunci bagi kita para orang tua adalah bersabar dan memahami bahwa anak-anak sedang dalam proses belajar berpuasa.</p><p>Selamat mencoba ayah-bunda. Selamat menjadi orang tua bermutu yang layak dicinta ;-) </p>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-22587226573735614982022-04-19T23:34:00.001+07:002022-04-19T23:34:56.444+07:00Kapan Mengajak Anak Tarawih ke Masjid?Tak terasa, <a href="https://bangsaid.com/2022/04/ketika-beda-awal-puasa.html" target="_blank">puasa</a> sudah lebih dari separuh jalan. Puasa abang Al tahun ini tidak semulus tahun kemarin dimana dia hanya sekolah online saja. <div><br /></div><div>Tahun 2022 setelah sekolah memutuskan belajar offline tatap muka, praktis abang Al harus setiap hari ke sekolah. Ditambah Ramadhan kali ini kegiatan pembelajaran jadi lebih panjang dibanding sebelum-sebelumnya.</div><div><br /></div><div>Jadi mungkin wajar kalau abang kadang mengeluh capek dan haus di siang hari. Ditambah cuaca akhir-akhir ini memang agak panas.</div><div><br /></div><div>Karena aktivitas siang hari yang cukup padat di sekolah, tentu pengaruh juga dengan aktivitas malam hari yakni shalat tarawih. Untungnya Abang masih mau menjalani rutinitas belajar Iqro bada subuh meski kadang sering mengantuk. Yang jadi PR memamg di tarawih saja belum banyak kemajuan dibanding tahun lalu. Syukurnya tahun ini ketika shalat tarawih di masjid, dia bisa tuntas mengikuti imam yang rakaatnya 8+3, dan pulang di rakaat 8 ketika kami shalat di masjid yang rakaat tarawihnya 20+3.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQM72DLmw1TW81Y14VUm8xitRDcQC7S7FdkHg&usqp=CAU" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="366" data-original-width="653" height="179" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQM72DLmw1TW81Y14VUm8xitRDcQC7S7FdkHg&usqp=CAU" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anak kecil yang berkeliaran dapat menggangu kekhusyuan shalat jamaah<br /></td></tr></tbody></table><div><br /></div><div style="text-align: left;">Baca juga : <b><a href="https://www.sialaric.web.id/2020/04/melatih-anak-berpuasa-sejak-dini.html" target="_blank">Melatih Anak Berpuasa Sejak Dini</a></b></div><h3 style="text-align: left;">Kapan Mengenalkan Shalat Tarawih kepada Anak?</h3><div>Pertanyaan ini banyak ditanyakan orang tua kepada ayah utamanya menjelang puasa. Dan akhirnya menjadi riset ayah bersama Alaric mengenai kapan sebenarnya lebih aman mengajak anak shalat tarawih ke Masjid.</div><div><br /></div><div>Mungkin ayah agak berbeda dengan pandangan teman-teman dimana mengajak anak ke masjid harus dilakukan sedini mungkin. Apalagi akhir-akhir ini ramai di linimasa masjid di Turki yang menyediakan area bermain anak serta mengutip perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa harusnya kita khawatir ketika tidak ada riuh suara anak di masjid.</div><div><br /></div><div>Bagian akhir kalimat di atas, kami setuju dan sepakat. Tapi menyediakan area bermain di dalam masjid apalagi di dekat jamaah shalat kami kurang sepakat.</div><div><br /></div><div>Sejak awal, kami menanamkan kepada Alaric tentang fungsi masjid dan tujuan berangkat ke masjid. Ketika niat berangkat ke masjid, tujuan kita adalah untuk beribadah atau melakukan kegiatan lain seperti pengajian. Ini mengajarkan kepada anak tentang klasifikasi bahwa setiap tempat ada fungsinya.</div><div><br /></div><div>Main ada tempatnya tersendiri. Kalaupun masjid mau menyediakan tempat main anak, sebaiknya di luar area shalat agar dapat menjaga kekhusyuan para jamaah yang sedang beribadah. Ini sudah dilakukan di Masjid Raya Al-Adzhom Kota Tangerang. Playground tersedia di luar area shalat atau di halaman masjid. Ada ayunan, perosotan, area memanjat bahkan rumput sintetis yang dapat dipakai anak untuk bermain bola atau sekedar berguling.</div><div><br /></div><div>Pijakan kami pada abang Al jelas, waktunya shalat kita harus berusaha shalat sefokus mungkin. </div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8M00hH0tuRNLTuZJpXQ0G8S6MpFlGRHxMiw&usqp=CAU" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="575" height="371" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8M00hH0tuRNLTuZJpXQ0G8S6MpFlGRHxMiw&usqp=CAU" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siapkan anak sejak dini agar di usia 10 Tahun dia bisa shalat dengan benar</td></tr></tbody></table><br /><div>Baca juga : <a href="https://www.sialaric.web.id/2017/08/" target="_blank"><b>Mengapa Main di Luar Penting Bagi Anak?</b></a></div><div><br /></div><div>Kembali kepada pertanyaan di atas kapan sebaiknya mengajak anak tarawih ke masjid, kami merasa prihatin dengan kondisi saat ini ketika anak-anak dibiarkan bermain sementara imam sedang membacakan ayat-ayat Qur'an. Padahal ayat-ayat itu untuk didengar. Kalau sejak kecil tidak terlatih mendengar kalimat Tuhan, bahkan sekedar duduk diam menjawab adzan, bagaimana bisa mendengar nasihat orang tua atau gurunya.</div><div><br /></div><div>Adzan dan bacaan shalat adalah latihan mendengarkan pertama bagi saraf-saraf pendengaran di telinga dan otak anak. Mengutip Ummu Marwan dalam bukunya Metodologi Pendidikan Islam yang Diterapkan Barat dalam Pendidikan Dasar, belajar mendengar adalah terpenting dan dasar dari belajar anak. Mendengar adalah letak perbedaan antara yang baik dan buruk. Misalnya, orang-orang muslim mendengar perintah Allah. Sebaliknya orang kafir tidak mendengar perintahNya.</div><div><br /></div><div>Oleh karena itu, kami benar-benar memastikan abang Al sudah siap sebelum shalat berjamaah di masjid. Apalagi shalat tarawih yang panjang. Tentu latihannya sangat ekstra. Termasuk godaan bagi anak seusianya melihat teman-teman lain yang shalat alakadarnya. Bahkan cenderung hanya pindah bermain saja dari rumah ke masjid. </div><div><br /></div><div>Pengalaman berlatih shalat dengan fokus harus dilewati anak lebih dulu. Maka kami memulai sebelum mengajak abang tarawih di masjid, dia harus sudah terbiasa ikut shalat di masjid sampai usia 7 tahun. </div><div><br /></div><div>Sepanjang usia TK sampai 7 Tahun itu kami pelan-pelan membawa abang mulai dari shalat yang tidak terlalu ramai anak-anak kecilnya seperti shalat subuh atau shalat dzuhur dan ashar. Setelah terbiasa mengikuti gerakan imam dan tidak terpengaruh teman lain, baru kami mengajak shalat di waktu yang banyak teman-temannya ikut shalat seperti maghrib dan Isya.</div><div><br /></div><div>Memang tidak mudah dan tidak bisa dipaksa anak usia pra sekolah (2-7 Tahun) bisa shalat khusyu dan tuntas. Kita hanya memastikan dia tetap di posisinya tanpa tergoda untuk mengikuti temannya yang bermain-main saja ketika waktu shalat.</div><div><br /></div><div>Setelah abang terbiasa ikut shalat jamaah 5 waktu di masjid, barulah dia siap ikut tarawih ke masjid di bulan Ramadhan. Itu pun kami lakukan bertahap dimulai dari jumlah rakaat yang di sanggup melakukannya. Oleh sebab itu setiap mau berangkat ke masjid, ayah bertanya lebih dulu :</div><div><br /></div><div>"Hari ini abang siap shalat tarawih dan witir berapa rakaat?"</div><div><br /></div><div>Dia mulai dari 2 rakaat, 3 rakaat, sampai sekarang sudah genap bisa shalat tarawih dan witir 8+3 rakaat ketika diajak ke masjid.</div><div><br /></div><div>Jadi anak siap shalat tarawih ke masjid adalah proses yang panjang. Tidak ujug-ujug anak suka dan mau ke masjid untun shalat (bukan tujuan lain seperti bermain dengan temannya) dengan sendirinyaa.</div><div><br /></div><div>Selamat mencoba ayah bunda. Mungkin ini berat, tapi yakinlah kita bisa menjalaninya. Yang lebih penting lagi adalah semua proses ini harus dilakukan anak dengan enjoy tanpa paksaan, iming-iming hadiah, apalagi ancaman. Biarkan mereka mencintai shalat seperti kita orang tuanya mencintai ibadah ini.</div><div><br /></div>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-4300802129188646772020-12-02T22:00:00.007+07:002020-12-02T22:02:52.178+07:005 Tips Membangun Kebiasaan Tidur yang Baik bagi Anak<p> Adzan sudah berkumandang ketika ayah terbangun pagi tadi ketika mama sudah selesai shalat malam dan siap-siap untuk shalat subuh. Musholla sebelah rumah bahkan sudah bersiap-siap untuk iqomah. Kadang-kadang abang ikut subuh berjamaah dengan ayah di Masjid yang berjarak beberapa blok dari rumah. Akan tetapi dikarenakan ayah buru-buru berangkat ke musholla akhirnya pagi ini abang ditinggal.</p><p>Sepulang dari musholla, abang belum juga bangun. Biasanya dia dibangunkan oleh mamanya. Karena mama pagi ini berjamaah dengan kakak-kakak di lantai atas, ayah pun mencoba membangunkan abang Al. Agak khawatir <i>sih </i>dia jadi ga happy karena ini di luar kebiasaannya.</p><p>"Assalamu'alaikum Abang... ayah sudah pulang dari musholla. Sudah waktunya shalat subuh," sapa ayah sambil mengelus kakinya.</p><p>Abang masih bergeming. </p><p>"Ayah sudah selesai shalat subuh di musholla lho. Abang mau digendong atau jalan sendiri ke kamar mandi?" tanya ayah memberi pilihan.</p><p>Abang terlihat tidak nyaman. </p><p>"Err.... ntar dulu," sahutnya masih memejamkan mata.</p><p>"Oh, masih butuh waktu. Baik, kira-kira butuh berapa menit untuk bangun sendiri?"</p><p>Dia tidak menjawab langsung. Hanya mengangkat tangan sambil merentangkan jemarinya pertanda memberi isyarat dia membutuhkan waktu 5 menit lagi.</p><p>"Oke. 5 menit lagi ayah bangunkan ya."</p><p>5 menit ayah isi dengan murajaah beberapa surat pendek, sambil berharap abang mendengarkannya. Benar saja, 5 menit kemudian ayah hanya perlu berkata,</p><p>"Alhamdulillah. Sudah 5 menit. Mau dibantu atau sendiri ke kamar mandinya?"</p><p> "Digendong," jawabnya singkat.</p><p style="text-align: left;">Baca juga : <a href="https://www.sialaric.web.id/2018/03/mengapa-balita-mengalami-mimpi-buruk.html" style="background-color: #fef7f0; color: #20a6d2; display: inline !important; font-family: Oswald, sans-serif; font-size: 22px; outline: none; text-decoration-line: none;"><b>Mengapa Balita Mengalami Mimpi Buruk ?</b></a></p><p>Ayah pun menggendong abang ke depan kamar mandi sambil melafalkan doa bangun tidur. Tanpa diminta abang langsung membuka celananya dan siap untuk buang air dilanjutkan wudhu.</p><p>Sampai disini, semuanya berjalan lancar dan abang bisa melaksanakan shalat subuh secara munfarid di rumah.</p><p>Membangunkan abang Al di pagi hari sebenarnya tidak semulus ini setiap harinya. Kadang-kadang terjadi drama. Hanya saja tidak sering. Kadang pula abang Al malah bangun lebih dulu dan bersiap ke masjid. Semua bergantung pada aktivitas di malam harinya. Maka penting bagi kita orang tua untuk membangun habit atau kebiasaan tidur yang baik.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://cdn.pixabay.com/photo/2016/03/19/02/58/baby-1266117_1280.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="531" data-original-width="800" height="406" src="https://cdn.pixabay.com/photo/2016/03/19/02/58/baby-1266117_1280.jpg" width="612" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">anak tidur (ilustrasi by : pixabay.com</td></tr></tbody></table><p></p><h3 style="text-align: left;">Membangun Kebiasaan Tidur yang Baik</h3><p></p><p>Alhamdulillah, abang Al termasuk yang tidak susah tidur di malam hari. Sehabi Isya, biasanya abang sudah mengantuk dan bersiap untuk tidur. Dia sudah menggelar kasurnya sendiri, menata kain, dan terkadang membawa buku untuk dibaca. Yang penting siangnya dia tidak tidur kebablasan. Dan seringnya memang abang tidak tidur siang sehingga selambatnya jam 8 dia sudah terlelap.</p><p>Di dalam buku <i>Developmental Profile</i>, anak 6 tahun seperti abang membutuhkan waktu tidur 9-11 jam dan akan berkurang seiring bertambahnya usia hingga di tahap formal operasionalnya. Jika anak mendapatkan waktu tidur yang cukup, itu akan sangat berguna baginya. Termasuk membangunkan mereka di pagi hari tanpa drama.</p><p>Beberapa hal berikut bisa dilakukan untuk membangun kebiasaan tidur yang baik :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li><b>Buatlah ritual sebelum tidur</b>. Tidur merupakan rutinitas harian kita. Bangun ritual sebelum tidur seperti mengganti baju tidur, membersihkan muka, menyikat gigi, dan berwudhu sebelum tidur.</li><li><b>Bangun suasana <i>relax</i></b>. Sebelum tidur usahakan tidak ada lagi aktivitas fisik yang berat apalagi bermain lari-larian dan sejenisnya. Buat suasana tenang.</li><li><b>Bercerita</b>. <i>Bed time stories</i> adalah ritual yang penting menjelang tidur. Siapkan buku-buku cerita untuk dibacakan kepada anak. Jika tidak, kita bisa memanfaatkan waktu sebelum tidur ini sebagai waktu tepat untuk <i>recalling</i> atau menceritakan kembali aktivitas masing-masing sekalian meluruskan konsep-konsep yang dia dapat dalam sehari tadi.</li><li><b>Buat jadwal tetap waktu tidur</b>, termasuk saat weekend. Sebaiknya tidak membiasakan anak begadang mentang-mentang akhir pekan. Biarkan tubuh anak membangun sendiri jam biologisnya. </li><li><b>Matikan layar sejam sebelum tidur</b>. Sebaiknya tidak menonton tv, youtube, atau bermain gawai apapun sebelum tidur. </li></ul><div>Demikian tadi 5 (lima) tips untuk membangun kebiasaan tidur yang baik bagi anak. Untuk membangunkannya di pagi hari bisa melihat contoh di awal tulisan ini. </div><div><br /></div><div>Selamat mencoba...</div><div>Semoga menjadi orang tua bermutu</div><div><br /></div><div>#TulisanAyah</div><p></p><div id="gtx-trans" style="left: 494px; position: absolute; top: 665px;"><div class="gtx-trans-icon"></div></div>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-5001026199811930702020-05-01T14:05:00.004+07:002020-05-01T16:16:45.641+07:00Printable Puasa untuk Belajar Banyak HalSesuai janji di pos sebelumnya, kali ini Al mau berbagi <i>printable</i> untuk <i>tracking </i>puasa. Mudah-mudahan meskipun sudah lewat satu pekan berpuasa, <i>tools</i> ini masih bisa digunakan ya tidak terlalu terlambat.<br />
<br />
Belajar berpuasa untuk anak usia dini memang penuh tantangan. Apalagi bagi mereka yang baru belajar untuk tahun pertamanya. Al sendiri, Ramadhan tahun ini adalah kali kedua dia mulai belajar berpuasa. Tentu <i>efforts</i> ayah dan mama tidak sebesar dulu ketika awal-awal karena dia sudah punya pengalaman sebelumnya.<br />
<br />
Tantangan baru di tahun ini adalah memastikan bahwa Al bisa puasa full dari subuh sampai maghrib dengan perasaan senang tanpa tekanan apapun. Oleh karenanya, ayah dan mama tidak pernah memaksanya. Lengkap bagaimana tips melatih anak berpuasa bisa dicek di pos sebelumnya <a href="https://www.sialaric.web.id/2020/04/melatih-anak-berpuasa-sejak-dini.html" target="_blank"><b>disini</b></a>.<br />
<br />
Kembali lagi ke <i>printable</i> ini ya. Disini terdiri dari 2 lembar yang bisa dicetak dengan printer biasa di kertas A4. Kami sarankan kertas A4 yang agak tebal seperti 100 gram atau mungkin bisa menggunakan kertas <i>buffalo</i>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpsqUWy47FVAll-ZQchvycMWq3xXFhZ1pGvfS6wtPiAlHmCMYuW-OlAMSO8in94r_VTYrSCugIZk5QpdheiOPlH5X6vwgN1WBvCbe2pp4uNfxTgWwnDs93R1bfbyQuFRy892Qf_OYmKig/s1600/printable-puasa-1.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="563" data-original-width="814" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpsqUWy47FVAll-ZQchvycMWq3xXFhZ1pGvfS6wtPiAlHmCMYuW-OlAMSO8in94r_VTYrSCugIZk5QpdheiOPlH5X6vwgN1WBvCbe2pp4uNfxTgWwnDs93R1bfbyQuFRy892Qf_OYmKig/s640/printable-puasa-1.PNG" width="640" /></a></div>
<br />
Bagian pertama adalah kalender Ramadhan. Seperti kalender yang ada, disini terdapat tanggal berdasarakan hari selama 30 hari Ramadhan. Melalui kalender ini anak bisa belajar tentang <i><b>hari</b></i>, <b><i>urutan angka</i></b>, dan tentu <b>tentang angka </b><i><b>arabic</b>. </i><br />
<i><br /></i>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGTCRCcfJo8zrbGCkflgNwc-lPLvrAPGz-eMyIijCqBCRBZ28AGVfxByJjD4OU2gN9WKqJrQHqs4_gUoXhMe6YzUgXdDheJ0o1QJcfNLIOWF9XSVYcXxyx09t0g3EFiqfQjCRxDmIAL68/s1600/printable-puasa-2.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="570" data-original-width="818" height="444" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGTCRCcfJo8zrbGCkflgNwc-lPLvrAPGz-eMyIijCqBCRBZ28AGVfxByJjD4OU2gN9WKqJrQHqs4_gUoXhMe6YzUgXdDheJ0o1QJcfNLIOWF9XSVYcXxyx09t0g3EFiqfQjCRxDmIAL68/s640/printable-puasa-2.PNG" width="640" /></a></div>
<i><br /></i>
Sedangkan bagian kedua merupakan simbol bintang yang bisa digunting untuk kemudian ditempelkan ke kalender setiap anak berhasil menyelesaikan puasanya.<br />
<h2>
Bagaimana Memanfaatkan <i>Printable</i> Puasa ini untuk Belajar </h2>
Dengan <i>printable</i> puasa ini kita bisa membangun banyak kemampuan berpikir anak, diantaranya :<br />
<h3>
<b>Konsep waktu</b></h3>
Kesadaran tentang hari bisa dibangun dengan mengajak anak memperhatikan hari dia berpuasa. Orang tua bisa bertanya<br />
<blockquote class="tr_bq">
"Hari apa ini?"<br />
"Kemarin/ Besok hari apa?"<br />
"Dua hari yang akan datang hari apa ya?" </blockquote>
Dan berbagai pertanyaan lain sesuai kemampuan anak. Untuk Al anak usia 6 tahun kesadaran tentang kemarin dan besok merupakan langkah awal pemahaman konsep hari yang lebih tinggi. Anak usia di atasnya bisa menggunakan pertanyaan yang lebih tinggi seperti dua hari yang akan datang, minggu lalu, dan seterusnya.<br />
<h3>
<b>Keaksaraan</b></h3>
Selain keaksaraan melalui nama-nama hari, orang tua juga dapat membangun kesadaran anak tentang bilangan dengan huruf Arab. Anak bisa belajar membaca angka <i>arabic</i> atau menuliskannya di kertas lain. Untuk anak dengan usia rendah, orang tua dapat mengajak anak menggerakkan jari mengikuti bentuk angka.<br />
<h3>
<b>Konsep Simbolik dan Statistika</b></h3>
Siapa bilang belajar statistik harus menunggu kuliah? Kemampuan berpikir matematik khususnya statistika mulai dibangun sejak dini. Di Sekolah Al misalnya, anak-anak sudah terbiasa belajar pendataan misalnya ketika memperhatikan cuaca pagi hari lalu memberikan simbol di kalender harian.<br />
<br />
Begitu juga dengan media <i>printable</i> ini. Di lembar kedua, sudah disediakan gambar simbol bintang. Anak diajak untuk menampilkan fakta <i>pictorially</i> atau melalui gambar. Kemampuan simbolik seperti ini sangat penting sebagai bekal konsep penyajian data ketika nanti dia belajar matematika di SD.<br />
<br />
Ajak anak menggunting salah satu bintang yang ada dan memberikan tanda. Biarkan dia memilih warna yang dia sukai. Warnai <i>full</i> atau penuh ketika dia berhasil menyelesaikan puasa hingga maghrib. Atau warnai hanya setengahnya saja jika dia terpaksa berbuka di waktu dzuhur. Disini anak juga belajar <b>konsep pecahan</b>.<br />
<br />
Setelah memberi warna ajak dia menempelkannya di kalender yang tersedia sesuai hari dan tanggal. Nanti di akhir bulan Ramadhan, ajak anak merekap data puasanya. Berapa banyak bintang penuh (puasa <i>full</i>), berapa banyak yang setengah, dan berapa banyak yang kosong. Disini anak belajar menghitung sekaligus membuat pendataan. Orang tua dapat membantu dengan menyiapkan tabel datanya.<br />
<h3>
<b>Kemampuan Motorik Halus</b></h3>
Dengan mengajak anak menggunting gambar bintang serta mewarnainya dengan spidol, secara langsung orang tua sudah melatih keterampilan <i>fine motor </i>anak yakni kemampuan menggunakan gunting. Untuk anak yang masih dalam tahap merobek dan belum siap menggunakan gunting, ajak anak mencocok gambar bintang menggunakan paku kecil (bisa menggunakan pin <i>sim ejector</i> atau trigonal clip) lalu merobeknya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBrqL9-aM8Z0vkn34JVoyoJKE0fHYUIVhSjcxRThxfwp8FQcxua001P0f4C2zVoOqB9wwspnNZJSkN4V7v4W7a0P5pKZPWwtoZxj50qWtcHdxTNFExsF1AVpLtUazBG6lWb4dg4u9gv-LW/s1600/pre.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="975" data-original-width="727" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBrqL9-aM8Z0vkn34JVoyoJKE0fHYUIVhSjcxRThxfwp8FQcxua001P0f4C2zVoOqB9wwspnNZJSkN4V7v4W7a0P5pKZPWwtoZxj50qWtcHdxTNFExsF1AVpLtUazBG6lWb4dg4u9gv-LW/s320/pre.png" width="238" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Contoh kegiatan mencocok gambar (sumber : pojok-utak-atik.blogspot.com)</td></tr>
</tbody></table>
Sedangkan untuk anak-anak yang lebih besar, biarkan mereka membuat gambar sendiri sebagai simbol yang akan ditempelkan di kalender. Tanpa mewarnai, orang tua bisa menyediakan gunting dan kertas origami. Biarkan anak membuat bentuk yang dia suka sebagai simbol menyelesaikan puasa.<br />
<br />
Dari semua kegiatan di atas, yang perlu orang tua pahami dan kuatkan bahwa bintang <b>bukan merupakan rewards</b>. Hindari juga memberikan janji-janji jika dapat bintang sekian akan diberikan hadiah. Biarkan proses puasa dan kegiatan ini menjadi proses belajar yang menyenangkan bagi anak.<br />
<br />
<i>Printable </i>ini bisa diunduh melalui <b><a href="https://drive.google.com/file/d/1lmmKEFCBOvN7QXvXVB284a2-XtpijVi4/view?usp=sharing" target="_blank">tautan berikut</a></b>.<br />
<br />
Selamat mencoba......<br />
Jangan lupa <i>share</i> pengalaman ayah bunda di kolom komentar ya.Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-6678426435994278102020-04-28T07:59:00.000+07:002020-05-01T14:20:37.367+07:00Melatih Anak Berpuasa Sejak DiniBeberapa orang tua mungkin masih bertanya-tanya kapan mulai melatih anak berpuasa. Apakah bisa dimulai sediri mungkin? Apakah tidak memberatkan anak-anak jika sudah dibebankan sejak mereka TK? Bagaimana caranya? Apakah harus dengan memberikan rewards tertentu?<br />
<br />
Tahun 2020 atau tahun 1441 Hijriyah ini adalah tahun kedua Alaric belajar berpuasa. Tahun lalu saat dia masih kelas A di TK, kami sudah mulai melatihnya berpuasa. Tapi tentu sesuai dengan kemampuannya. Inti dari melatih anak berpuasa adalah menjadikan ibadah ini menyenangkan buat anak.<br />
<br />
Hari ini (28/4) adalah hari kelima puasa Ramadhan. Tahun ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu Alaric tetap bersekolah dan bisa berlatih puasa dengan guru dan teman-temannya, tahun ini mau tidak mau dia belajar berpuasa di rumah akibat pandemi Covid-19 yang akhirnya membuat pemerintah daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya sekolah diliburkan entah sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan sekarang.<br />
<br />
Meskipun demikian, hikmah dengan adanya pandemi Covid-19 ini adalah kami sebagai orang tuanya dapat memantau perkembangan latihan berpuasanya. Hari pertama misalnya, dia sangat girang ketika mendengar adzan Dzuhur dan langsung lari menuju dapur untuk berbuka puasa. Ya, hari pertama di usianya yang 6 tahun, puasanya masih <i>jebol</i> di siang hari.<br />
<br />
Bagaimana dengan hari kedua? Sebenarnya tidak jauh berbeda. Akan tetapi TFP tentang hadits rosul bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, mulai kami sampaikan di hari pertama tersebut.<br />
<br />
"Besok, insya Allah lebih baik ya bang. Kita coba sampai jam satu. Oke?" kata mamanya.<br />
<br />
Pengetahuan dan motivasi untuk jadi lebih baik dari hari itu mulai terus kami samapaikan. Pun begitu ketika malam hari menjelang tidur hingga waktu makan sahur. Kami selalu berikan motivasi bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah ciri-ciri orang yang beruntung dan dicintai Nabi.<br />
<br />
Alhamdulillah, puasa hari kedua persis dibuka di Jam 1 (satu) siang. Itu pun waktu mendengar adzan dzuhur terus merengek <i>kepengen</i> minum. π<br />
<br />
Hari ketiga alhamdulillah bisa berpuasa full hingga maghrib. Sayangnya, siang hari sehabis shalat dzuhur dia mengantar Adiknya ke dapur yang ingin makan nastar. Kecolongan deh sebutir nastar nanas masuk ke mulut. Dan dia baru sadar kalau puasa. π. Surprisenya dia jujur bicara kepada ayah dan mama bahwa tadi sempat makan Nastar sebutir, tapi tak sempat minum.<br />
<br />
Marah? <i>Ngga </i>perlu. Kami sadar bahwa dia sedang proses belajar berpuasa. Jadi setelah menelan sebutir nastar tadi, dia lanjut puasa sampai adzan maghrib berkumandang.<br />
<br />
Akhirnya kemarin Alaric bisa puasa <i>full</i> sejak terbit fajar hingga waktu maghrib. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Mudah-mudahan hari ini juga tetap bisa berpuasa penuh.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVSk__JuxURVnNRauehpYfdsm5owO_OjbMYDHjGH9S7TWU344jngkpotZxonCHQVH8MYJNkeq_Zx6jrAW3Pz2_hLbaJwIjmaM-EkIVoLGiEEF_gtaw8xxrqw_z4gsg1WSiyNJF6mFReC0/s1600/Green+Yellow+White+Photo+Frame+Ramadan+Your+Story.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVSk__JuxURVnNRauehpYfdsm5owO_OjbMYDHjGH9S7TWU344jngkpotZxonCHQVH8MYJNkeq_Zx6jrAW3Pz2_hLbaJwIjmaM-EkIVoLGiEEF_gtaw8xxrqw_z4gsg1WSiyNJF6mFReC0/s640/Green+Yellow+White+Photo+Frame+Ramadan+Your+Story.png" width="360" /></a></div>
<br />
<br />
<h2>
Usia Berapa Sebaiknya Belajar Berpuasa?</h2>
Sebenarnya tidak ada usia tertentu anak harus belajar berpuasa. Yang pasti Nabi saw menganjurkan anak-anak mulai belajar shalat sejak usia 7 tahun dan boleh 'dipukul' jika tidak shalat di usia 10 Tahun. Kami sendiri memaknai kalimat boleh 'dipukul' adalah sebagai usaha agar kami tidak perlu memukul anak di usia berapapun, termasuk di usia 10 tahun. Itu artinya, anak-anak kami harus sudah siap lancar beribadah di usia tersebut.<br />
<br />
Oleh karena itu, kami perlu melatih sedini mungkin anak-anak beribadah termasuk puasa. Seperti yang saya ceritakan di awal, Alaric sendiri mulai berpuasa di saat dia masuk kelas A di TK. Akan tetapi sebelumnya kami sudah mempersiapkannya.<br />
<br />
Sejak dia mulai memahami aktivitas orang dewasa waktu usia 2-3 tahun menjelang masuk kelas PG, kami mulai memberikan pengetahuan tentang puasa. Di bulan Ramadhan Ayah dan mama bicara bahwa kami sedang puasa. Saat puasa, ayah dan mama tidak makan, minum, dan menjaga diri dari hal-hal yang kurang baik. Di usia ini, Alaric masih makan pagi-siang-malam seperti biasa dan kami tidak mengajaknya puasa. Hanya kami sering bicara bahwa insya Allah nanti saat masuk kelas A dia akan mulai belajar berpuasa.<br />
<br />
Ketika sudah di kelas A, jauh-jauh hari menjelang puasa kami sudah banyak diskusi tentang puasa dengannya. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat puasa. Sehingga ketika sudah masuk bulan Ramadhan, dia sudah siap untuk mulai belajar puasa. Tantangan terberatnya di usia ini adalah dia agak susah dibangunkan untuk sahur.<br />
<br />
<h2>
Bagaimana Mulai Mengajarkan Anak Berpuasa</h2>
Ada beberapa teman yang membangunkan sahur anaknya dengan tayangan menarik di televisi. Kami tidak memilih opsi ini. Meskipun sudah memiliki TV Kabel (yang dibelikan neneknya), kami hampir jarang menonton TV. Pun begitu ketika bulan suci Ramadhan tiba. Saat Alaric bisa ikut bangun sahur, dia mulai berlatih puasa. Ketika memang benar-benar sulit dibangunkan, ya tidak berpuasa karena kami ingin mengajarkan bahwa puasa dimulai dari tebit fajar, sesuai tuntunan syariat. Jika makannya sudah jam 6 pagi, itu tidak bisa dikatakan lagi sebagai makan sahur karena itu sudah masuk sarapan pagi. π<br />
<br />
Maka ketika dia kelas A dia hanya bisa berpuasa sampai dzuhur dan itu pun tidak genap 30 hari. Tidak masalah karena memang dia sedang belajar berpuasa. Meskipun demikian, kami tetap mengajarkan dia untuk menghormati orang berpuasa. Jadi saat dia tidak berpuasa karena tidak ikut sahur, dia tetap tidak boleh makan snack di kelas kecuali memang sudah jam waktu makan siang. Alhamdulillah, gurunya di sekolah tetap bisa bekerja sama melatih untuk hal ini.<br />
<br />
Di usia 6 tahun menjelang masuk sekolah formal ini, Alaric sudah harus lebih meningkat dibanding sebelumnya. Itu kenapa beberapa pekan sebelum masuk bulan suci Ramadhan, kami sudah diskusi tentang puasa. Ayah juga siapkan buku-buku tentang puasa yang bisa dibacanya. Kami diskusi tentang sahur, buka, hal-hal yang membatalkan puasa melalui buku-buku yang dibaca bersama-sama.<br />
<br />
Malam harinya menjelang tidur, kami mengajak Alaric membaca niat puasa bersama-sama berikut artinya. Disini kami siapkan pikirannya untuk bisa bangun sahur.<br />
<br />
"Insya Allah, dengan niat yang kuat ini Alaric bisa bangun sahur sebelum subuh dan makan bersama ya," begitu bimbing mamanya.<br />
<br />
Afirmasi sebelum tidur ini sangat efektif. Buktinya, sampai hari kelima Alaric mudah dibangunkan untuk sama-sama makan sahur. Alhamdulillah... Tak lupa kami selalu memberikan apresiasi ketika dia mudah dibangunkan.<br />
<br />
"Alhamdulillah.... ayah senang Alaric mudah dibangunkan. Insya Allah dengan makan sahur puasanya kuat ya," begitu setiap hari sesaat setelah membaca doa bangun tidur.<br />
<br />
<h2>
Perlukah Memberi Rewards untuk Puasa Anak?</h2>
Dari hasil penelitian ahli pendidikan usia dini di Michigan State University, Amerika Serikat, tentang domain berpikir kami menyadari bahwa salah satu tujuan objektif belajar anak di usia dini adalah dia harus mendapatkan kesenangan dari banyak pengalaman tanpa tujuan lain dalam pikirannya. Inilah kenapa apapun yang dilakukan anak kami berusaha untuk tidak memberi iming-iming maupun ancaman ketika anak melakukan sesuatu.<br />
<br />
Pun begitu dengan ibadah puasa. Sejak awal membangun ibadah puasa kepada Alaric kami selalu memberikan pengetahuan tentang puasa. Mengapa Allah Swt perintahkan kita puasa, bagaimana para nabi-nabi terdahulu berpuasa, apa manfaatnya, hingga bagaimana makhluk Allah Swt lainnya juga berpuasa seperti ulat yang berpuasa saat menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Ada maksud baik Allah Swt disitu.<br />
<br />
Kami bangun kesenangan Alaric terhadap puasa. Itu dilakukan dengan tidak memberikan tekanan harus berpuasa penuh. Dia boleh berpuasa semampunya sesuai kesepakatan saat makan sahur. Lagipula sampai nantia dia Akil Baligh, dia belum dibebankan dosa. Maka saat-saat ini adalah bagaimana kami mengusahakan agar dia menjalankan puasa dengan gembira termasuk merasakan manfaatnya.<br />
<br />
Kami juga tidak memberikan iming-iming semisal kalau dia berhasil puasa penuh sehari akan dibelikan eskrim atau jika dia mampu berpuasa full dia boleh beli mainan atau hadiah-hadiah lainnya. Kami ingin berhati-hati membangun ketauhidannya bahwa segala amal ibadah harus dilakukan dengan ikhlas, lillahita'ala (Bukankah bunyi niat puasa begitu?), bukan karena upah uang ataupun hadiah mainan.<br />
<br />
Karena di usia dini dia belum bisa berpikir abstrak tentang konsep Ikhlas karena Allah Swt, kami lebih banyak membangun tentang apa manfaat yang bisa didapat dari puasa.<br />
<br />
"Alhamduillah, puasa mengajarkan kita untuk disiplin. Kita tahu kapan harus mulai puasa, kapan harus buka," jelas ayah.<br />
<br />
"Ayah senang puasa, karena melatih diri kita jadi disiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Disiplin sangat berguna untuk hidup kita sekarang maupun nanti ketika kamu sudah dewasa."<br />
<br />
Tak terasa ternyata cukup panjang juga ya <i>sharing</i> tentang puasa ini. Semoga ayah bunda bisa mengambil manfaat dan mempraktikkannya kepada putra-putrinya di rumah.<br />
<br />
Ohya, di pos berikutnya insya Allah Alaric mau berbagi <b><a href="https://www.sialaric.web.id/2020/05/printable-puasa-untuk-belajar-banyak-hal.html" target="_blank"><i>printable</i> media belajar puasa</a></b> yang bisa diunduh untuk digunakan sabagai sarana belajar berpuasa.<br />
<br />
Selamat mencoba.....Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-47370989363334931912020-04-05T08:26:00.000+07:002020-04-05T11:48:37.413+07:00#HomeLearning : Belajar Matematika dari Kegiatan MenyusunRasanya sudah lama sekali ya tidak update blognya Alaric. Sekarang dia sudah berusia 6 tahun lebih satu bulan. Sudah punya adik juga yang tak kalah lucu serta menggemaskan. Tak terasa sebentar lagi Al juga akan segera masuk usia sekolah formal.<br>
<div>
<br></div>
<div>
Update-update... tahu-tahu kita sedang berada di kondisi yang sangat berat. Wabah Covid-19 ini lumayan berpengaruh terhadap kegiatan pendidikan. Ayah jadi bekerja dari rumah. Pun begitu dengan mama. Alaric dan adiknya juga akhirnya dirumahkan. Praktis semua aktifitas hampir full di rumah. Hikmahnya wabah Covid-19 ini membuat kita akhirnya lebih banyak waktu kumpul keluarga.</div>
<div>
<br></div>
<div>
Alaric menjalani <i>home learning</i>. Ada beberapa program harian yang dikirim oleh gurunya di sekolah. Beruntungnya sekolahnya Alaric <i>sih</i> bukan tipikal sekolah yang menekankan akademik dan harus mengerjakan macam-macam workbook (LKS) apalagi belajar online. Kegiatan yang dibagikan gurunya lebih berfokus pada Kegiatan bermakna bersama orang tua dan bermain.</div>
<div>
<br></div>
<div>
Seperti beberapa hari kemarin, Alaric terlibat dalam kegiatan membantu mama. Diantara kegiatannya adalah merapikan rak buku, rak piring, dan rak sepatu. Itu belum termasuk kegiatan rutin seperti jurnal, shalat, dan membaca buku.</div>
<div>
<br></div>
<div>
<h2>
Membangun Kemampuan Seriasi dari Merapikan Buku, Piring, dan Sepatu</h2>
</div>
<div>
Sepintas, kegiatan Alaric yang merupakan bagian penugasan dari Sekolah ini lebih terlihat hanya beres-beres saja. Akan tetapi dengan pendampingan bermutu kegiatan di atas membangun banyak kemampuan dasar Matematika seperti klasifikasi dan seriasi (mengurutkan). </div>
<div>
<br></div>
<div>
Di pos-pos sebelumnya kalau teman-teman menyimak, dua keterampilan dasar ini sangat penting. Keterampilan seriasi misalnya, merupakan keterampilan dasar anak yang membuat dia mampu membuat skala prioritas. Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya menjelaskan bahwa Anak yang memiliki keterampilan mengurutkan benda-benda konkrit di usia dini akan lebih mudah membuat skala urutan prioritas di usia dewasa.</div>
<div>
<br></div>
<div>
Maka tepat sekali gurunya memberikan penugasan merapikan rak buku, piring, dan sepatu. Alhamdulillah di masa darurat bencana Covid-19 ini Alaric terlibat dalam kegiatan-kegiatan di rumah yang ditugaskan gurunya. Seperti kemarin dia berhasil menyusun buku, piring, dan sepatu berdasarkan ukuran dari kecil ke besar atau sebaliknya. </div>
<div>
<br></div>
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-gXeyGXMAOTP9ArJeFEmO3Zu9rf_ahsi6QIzTiXck5Np2usl4A_vAV3_ohwMWxVJiynSSaIu4dJRqkHOXBTzpJN1LtaJzfl8_WQb5AstBqlxRsbld9bPSLywB2CoM0WmqV_18TJq8ldY/s1600/1586019764296993-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-gXeyGXMAOTP9ArJeFEmO3Zu9rf_ahsi6QIzTiXck5Np2usl4A_vAV3_ohwMWxVJiynSSaIu4dJRqkHOXBTzpJN1LtaJzfl8_WQb5AstBqlxRsbld9bPSLywB2CoM0WmqV_18TJq8ldY/s1600/1586019764296993-0.png" width="400">
</a>
</div>
<br></div>
<div>
Bahkan yang bikin <i>surprise</i> adalah kemampuan logis dan analyticnya juga terbangun ketika sedang merapikan sepatu.</div>
<div>
<br></div>
<div>
"Mama, sepatu ade di bawah saja. Soalnya kalau di atas, ade nanti <i>ngga</i> <i>nyampe</i> waktu mau ambil."</div>
<div>
<br></div>
<div>
<h2>Pendampingan Kegiatan Menyusun Barang</h2>
</div>
<div>
Kegiatan apapun di rumah pada dasarnya dapat membangun banyak keterampilan berpikir anak dan juga kecerdasannya. Sebagai sekolah yang tidak mengkotak-kotakkan anak, Al-Amanah sekolah dimana Alaric belajar meyakini bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak dapat membangun banyak kecerdasan. Asalkan ada pijakan dan pendampingan bermutu dari orang dewasa.</div>
<div>
<br></div>
<div>Beberapa pendampingan dalam kegiatan menyusun barang tersebut diantaranya :</div><div><ul><li>Sebelum mulai menyusun, ajak anak mengamati lebih dulu. Mengamati adalah langkah pertama pendekatan saintifik dalam belajar. Dengan mengamati, anak terbangun kemampuan membaca objek yang tinggi seperti membaca ciri-ciri benda. </li><li>Pada saat mengamati ayah-bunda bisa bertanya tentang ciri-ciri fisik benda seperti "Ada warna apa saja? Ada berapa macam ukuran? Wah.... Sepatunya milik siapa saja ya? Pertanyaan-pertanyaan di atas membangun pemahaman anak tentang benda dan kempemilikan.</li><li>Saat mulai menyusun objek, ajak anak membandingkan. Kemampuan membandingkan termasuk keterampilan menganalisis dalam taksonomi bloom dan termasuk <i>high order thinking skills </i>atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. Orang tua bisa bertanya : "Mana yang sama ukurannya? Manakah yang berbeda?" lalu anak mulai mengklasifikasi.</li><li>Jika anak belum mengurutkan dengan benar jangan buru-buru ingin diperbaiki. Ajak anak mengevaluasi mana yang masih perlu diperbaiki. Ajukan pertanyaan : "Menurut kamu, manakah yang urutannya belum pas?" atau bisa juga dengan berkata "Sepertinya mama masih melihat ada yang belum pas. Mari kita cek sama-sama ya". Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi di atas analisis. </li><li>Setelah selesai, pastikan kita memberikan apresiasi yang tepat. Hati-hati memberi pujian. Ayah bunda bisa berkata : "Alhamdulillah.... Alaric berhasil menyusun sepatu dari ukuran kecil di sebelah kanan sampai ukuran besar di sebelah kiri". <i>Feedback</i> yang fokus pada pencapaian anak seperti ini lebih membantu dia bahwa usahanya yang kita hargai, ketimbang apresiasi "Hebat.... Anak soleh..... Anak Pintar" yang membuat pemikirannya tentang anak soleh atau anak hebat menjadi bias.</li></ul><div>Mungkin hanya itu saja saja yang bisa kami bagikan dari Kegiatan <i>home learning </i>atau pembelajaran di rumah untuk anak TK. Mudah-mudahan bermanfaat ya. Anak belajar banyak hal dari lingkungan lewat pendampingan orang dewasa yang bermutu. </div></div><div><br></div><div>Selamat mencoba... π</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-43422882493390496092018-10-03T22:05:00.000+07:002018-10-03T22:05:48.264+07:00Anak Mogok Sekolah? Ini Dia Solusinya<div style="text-align: justify;">
Pagi tadi setelah bangun tidur, dengan kondisi terkantuk-kantuk Alaric berucap bahwa dia tidak mau ke sekolah hari ini. Sebagai orang tua yang baik, tentunya kita tidak perlu merespon dengan berlebihan untuk hal seperti ini. Apalagi kepada anak usia pra sekolah. Sambil memeluknya Ayah bertanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada masalah di sekolah?" tanya ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngga," jawabnya singkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayah senang kalau sekolah. Disana bertemu banyak teman. Alaric juga banyak temannya kan di sekolah?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia hanya mengangguk pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Di sekolah, selain bertemu banyak teman Alaric juga bisa bermasin bersama bu guru. Bu guru kasih pengetahuan yang banyak sekali agar otak kita cerdas," sambung ayah lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi aku ngga mau sekolah hari ini," katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oke kalau memang tidak mau berangkat? Masih ingat aturan kita di rumah?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rumah, kami memang punya kesepakatan. Jika Alaric memutuskan untuk tidak sekolah artinya dia siap belajar sendiri di rumah. Dia tidak punya kesempatan untuk main di luar, hanya membaca buku dan beraktifitas di rumah saja. Kesekapatan ini tentunya kami buat bersama dalam sebuah diskusi diiringi pijakan bahwa sekolah adalah kebutuhan kita semua. Ayah pun yang sudah dewasa tetap butuh belajar dan sekolah (baca : kuliah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alaric terdiam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi bagaimana, siap untuk berangkat sekolah?" tanya ayah lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mengangguk. Lalu ayah pun membopongnya ke dapur dan mempersilakannya untuk mandi setelah melepas pakaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah <i>clear</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2018/05/Anak-Tidak-Mau-Sekolah-Lakukan-Ini-untuk-Ketahui-Alasan-Sebenarnya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="382" data-original-width="680" height="223" src="https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2018/05/Anak-Tidak-Mau-Sekolah-Lakukan-Ini-untuk-Ketahui-Alasan-Sebenarnya.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anak Ngambek Tidak Mau Sekolah (Ilustrasi)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Cari Akar Masalah Anak Mogok Sekolah</h3>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, bukan kali ini saja Alaric ngambek tidak mau sekolah. Beberapa waktu lalu dia juga pernah tidak mau sekolah. Ada-ada saja alasannya. Yang katanya sekolahnya ga seru, snacknya buah terus, sampai capek. Untuk alasan yang terakhir ini sebenarnya sempat menjadi pikiran ayah juga karena jarak rumah dan sekolahnya yang jauh mengharuskan dia berangkat lebih awal bersama ayahnya. Terkadang dalam kondisi masih mengantuk, dia sudah harus mandi lebih pagi, sarapan, lalu melakukan perjalanan kurang lebih 45 menit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di dekat rumah kami ada sekolah islam terpadu sebenarnya. Hanya saja, kami tetap menjaga agar program rumah dan sekolah sama. Itu kenapa meskipun jarak sekolahnya Alaric jauh, tetap kami menyekolahkan di sekolah sekarang yang menerapkan pola pendidikan <i>non direct teahing</i> yang menurut kami efektif membangun kemampuan berpikir anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali pada alasan anak mogok sekolah, orang tua memang sudah seharusnya jeli membaca anak. Setiap rengekannya adalah bentuk komunikasi. Kita perlu menggali lebih dalam apakah faktor penyebabnya internal ataukah eksternal. Jika masalahnya dari dalam diri anak misalnya akibat kedekatan terlalu berlebihan dengan orang tua, <i>trust</i> dengan ibunya belum terbangun, ini yang perlu diurus,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaliknya jika faktornya adalah eksternal semisal mainan atau kegiatan di sekolah yang kurang menarik, teman di sekolah ada yang suka merundung (<i>bully</i>), atau guru yang kurang bersahabat, maka hal inilah yang harus diselesaikan.</div>
<h3 style="text-align: justify;">
Bagaimana Solusi untuk Mengatasi Anak Mogok Sekolah?</h3>
<div style="text-align: justify;">
Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah memastikan anak tetap berangkat ke sekolah. Jika satu kali apalagi sering dibiarkan semaunya untuk tidak sekolah hingga masuk usia sekolah dasar akan merepotkan orang tua sendiri dan semakin sulit membuatnya ke sekolah. Disinilah butuh kesabaran dan kekuatan orang tua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat anak mengungkapkan perasaannya bahwa 'malas' ke sekolah, sebaiknya orang tua tidak merespon secara negatif. Apalagi sampai mengomeli dan memarahinya. Yang anak butuhkan saat itu adalah motivasi agar dia mau ke sekolah. Bicara dengan lemah lembut. Cari tahu akar masalahnya dimana lalu tuntaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya saat Alaric ungkapkan bahwa dia bosan main di sekolah. Kami berusaha untuk berkomunikasi dengan guru tentang kegiatan Alaric bahwa anak pra sekolah 3-5 tahun butuh kegiatan fisik yang banyak di pagi hari. Berbeda ketika dia beralasan tentang snack yang itu-itu saja (hanya buah). Kami berikan pijakan manfaat dari kenapa kita harus makan buah. Cerita lagi tentang kenapa Allah ciptakan gigi kita bermacam-macam. Itu adalah salah satu sunnatullah agar kita makan bermacam-macam jenis makanan. Salah satunya adalah gigi seri yang banyak dipakai untuk memotong-motong buah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap akar masalah, tentu beda solusinya. Orang tua harus cermat dalam membaca anak. Jika sudah temukan akar masalah, jangan segan-segan untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah agar ditemukan solusi yang tepat. Jangan biarkan masalah mogok sekolah ini berkelanjutan. Apalagi sampai ke usia sekolah dasar atau sekolah menengah. Tentuk semakin besar usianya semakin sulit membaca akar masalah dan menemukan solusinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Selamat jadi orang tua bermutu</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>*</i><b>Tulisan Ayah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-1190872448495953702018-03-19T09:46:00.001+07:002018-03-19T09:46:12.671+07:00Mengapa Balita Mengalami Mimpi Buruk ?<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari terakhir Alaric sering terbangun dan menangis di tengah malam. Kalau kejadiannya di rumah <i>sih</i> ayah dan mama tidak terlalu khawatir. Yang mengkhawatirkan adalah waktu kita menginap di hotel. Tentu muncul perasaan tidak enak dengan tetangga kamar kalau malam-malam begitu Alaric menangis. Takutnya mengganggu tamu lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya kami, ayah dan mamanya, mengira dia kecapaian. Tapi kemudian setelah mendengar tangisan dan bicaranya ketika terbangun itu, kami simpulkan kalau Alaric sedang mimpi buruk. Ayah pun menjadi penasaran dan membuka kembali buku tahap perkembangan yang ditulis oleh Robert Chip Wood, <b>Yardstick : Children in The Classroom</b>. Menurut Wood, bermimpi buruk adalah salah satu bagian dari pola perkembangan anak usia 4 tahun. Tentu ini selaras dengan usia Alaric saat ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://i2-prod.mirror.co.uk/incoming/article6665892.ece/ALTERNATES/s615/Nightmare.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="409" data-original-width="615" height="265" src="https://i2-prod.mirror.co.uk/incoming/article6665892.ece/ALTERNATES/s615/Nightmare.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">(Ilustrasi) Balita Mengalami Mimpi Buruk (sumber gambar : mirror.co.uk)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Apa yang Menyebabkan Anak Bermimpi Buruk ?</h2>
<div style="text-align: justify;">
Mimpi buruk membuat anak-anak merasa takut dan sedih. Inilah yang menyebabkan mereka menangis ketika hal itu terjadi. Mimpi buruk bisa bermacam-macam. Bisa bermimpi tentang hal yang nyata seperti diserang hiu, anjing galak, atau hewan-hewan lain. Bisa juga bermimpi tentang hal yang tidak nyata seperti monster atau hantu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini hal yang lumrah untuk anak usia 4 tahun karena pada usia ini mereka memang berlebih-lebihan, dan terkadang meanggap monster atau mainan sebagai sesuatu yang nyata. Ayah dan Mama tidak perlu khawatir berlebihan. Kadang-kadang, anak dengan <b>imajinasi yang hidup (tinggi)</b> cenderung lebih sering bermimpi buruk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mimpi buruk juga kadang-kadang disebabkan oleh <b>kejadian traumatis</b>. Seperti yang dialami oleh Alaric. Dia pernah bermimpi jatuh dari kendaraan karena memang dia pernah mengalaminya. Kejadian traumatis seperti ini menyebabkan dia memimpikannya beberapa minggu setelah hal itu terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika anak-anak terlalu sering bermimpi buruk, dan berulang-ulang, ini bisa jadi disebabkan oleh <b>stress</b> di siang harinya. Hindari hal ini agar anak tidak mengalami mimpi buruk.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
Bagaimana Orang Tua Merespon Mimpi Buruk ?</h2>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengalami mimpi buruk, anak biasanya ketakutan dan menangis. Yang pastinya mereka butuhkan saat itu adalah rasa nyaman. Terlebih untuk anak-anak usia 4 tahun seperti Alaric. Pelukan dan kecupan ketika dia mengalami mimpi buruk akan membuatnya merasa nyaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Respon berikut bisa dilakukan oleh orang tua ketika anak mengalami mimpi buruk :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Ketika dia terbangun dari tidurnya yang disebabkan oleh mimpi buruk, setelah memeluk atau mengecupnya, sampaikan kepadanya bahwa itu adalah mimpi buruk. Tambahkan bahwa dia aman karena ada mama atau ayah di sampingnya.</li>
<li>Terima anak bermimpi buruk. Maksudnya jangan sekali-kali mengejeknya atau membuat dia merasa tidak nyaman dengan berkata seperti, "Udah, cuman mimpi aja. Tidak usah takut." Biarkan dia merasa bahwa tidak masalah menjadi takut ketika bermimpi buruk. Apalagi untuk anak usia 4 tahun, mimpi buruk terkadang menjadi sesuatu yang nyata bagi mereka.</li>
<li>Kadang-kadang anak-anak usia 4 tahun memimpikan sesuatu yang tidak nyata seperti monster. pocong, hantu, dan sejenisnya. Katakan pada mereka bahwa itu semua tidak nyata, dan tidak bisa menyakitinya.</li>
<li>Jika esoknya anak menceritakan lagi mimpinya, dengarkan dengan sabar. Jangan sekali-kali mengabaikan atau meremehkannya. Namun jika dia sudah lupa, tak perlu diungkit-ungkit lagi.</li>
<li>Ayah dan mama perlu mengecek kegiatan anak di siang hari jika mimpi buruk yang terus terjadi. Apakah anak mengalami <b>stress</b>, kecapaian, mengalami trauma, atau menonton (menyaksikan) hal-hal yang menyeramkan. Hindari anak dari hal-hal seperti itu.</li>
<li>Sambil memeluk anak yang mengalami mimpi buruk, bacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan tartil dan irama yang teratur. Ini bisa membuat mereka merasa nyaman selain dekapan orang tua.</li>
</ul>
<div>
Selamat mencoba...</div>
<div>
Selamat menjadi orang tua bermutu :-)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Regards,</div>
<div>
<b>Ayah Said</b></div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-85848245458350729592018-01-21T18:23:00.000+07:002018-01-21T18:23:42.820+07:00Buat Apa Bisa Baca Sejak TK?<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Suatu hari <a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://web.facebook.com/hashtag/alaric?source=feed_text&story_id=10213479291208601" style="color: #365899; font-family: inherit; text-decoration-line: none;"><span class="_5afx" style="direction: ltr; font-family: inherit; unicode-bidi: isolate;"><span aria-label="hashtag" class="_58cl _5afz" style="color: #4267b2; font-family: inherit; unicode-bidi: isolate;">#</span><span class="_58cm" style="font-family: inherit;">Alaric</span></span></a> (3 Tahun 10 Bulan) main bersama dua temannya. Salah satu temannya sudah berusia TK B (5 Tahun) yang bersekolah di sekolah TK pada umumnya yang mengajarkan membaca dan menulis dengan drilling (membaca dengan mengeja ca-ba-ca, dan menyalin huruf maupun kata yang ditulis guru dari atas ke bawah). Temannya ini pun sudah bisa membaca rangkaian huruf.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di TK Al-Amanah, semua anak TK belajar melalui main. Ya, hanya main saja. Tapi saya akan cerita bedanya 2 anak berbeda usia, berbeda tahap perkembangan membacanya akibat beda cara belajarnya.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Ketiga anak asyik bermain lego hingga temannya Al, Raja, berkata,</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Ini pesawat," sambil menunjuk 2 susunan lego yang memiliki sayap.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Dimana pesawatnya parkir?" Tanya saya mencoba memberikan pijakan.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Tak ada jawaban. Hingga kemudian Alaric menjawab,</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Ini bandara ceritanya."</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Oh ya. Di bandara memang ada bangunan yang tinggi," jelas saya lagi ingin memberikan penguatan pada susunan vertikal lego berwarna warni yang mereka buat.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Menara pengawas," jawab Alaric.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Lalu mama mengeluarkan ensiklopedia pesawat dari rak buku. Menaruhnya di atas meja agar teman Alaric bisa membacanya dan membangun bandara dengan 'ilmu'.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Ada jarak antar pesawat ketika parkir. Apa yang terjadi kalau parkirnya terlalu dekat?" Saya kembali memberi pijakan dengan kontinum pertanyaan.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Sang anak hanya diam, sambil menyusun lego lagi.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://scontent.fcgk3-1.fna.fbcdn.net/v/t1.0-9/26991700_10213479287768515_8922381034721575351_n.jpg?_nc_eui2=v1%3AAeFimNSDn_5WYzlR1a1j2-Wpy7ibLfeT_nXgmHRqrlBHKrB_rEHoYMFsPTRDFNWaJcaT2-neWQ0NknRj-XoX_q_R1E2z5awQH2TXqZMeb8JPh9ozHT3Da6aJE5UMh0v2wMQ&oh=bd0089894f21c21edaf67bb50e86f281&oe=5AE130DD" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" height="640" src="https://scontent.fcgk3-1.fna.fbcdn.net/v/t1.0-9/26991700_10213479287768515_8922381034721575351_n.jpg?_nc_eui2=v1%3AAeFimNSDn_5WYzlR1a1j2-Wpy7ibLfeT_nXgmHRqrlBHKrB_rEHoYMFsPTRDFNWaJcaT2-neWQ0NknRj-XoX_q_R1E2z5awQH2TXqZMeb8JPh9ozHT3Da6aJE5UMh0v2wMQ&oh=bd0089894f21c21edaf67bb50e86f281&oe=5AE130DD" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cinta Buku, Cinta Membaca</td></tr>
</tbody></table>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">"Wah, di atas meja ada buku tentang bandara. Raja bisa lihat di buku, bagaimana pesawat parkir di bandara," pijakan yang saya berikan turun ke tahap direct statement.</span></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Raja sepertinya belum tertarik. Padahal saya tahu dia sudah bisa membaca kata-kata yang ada di buku. Yang ada malah Alaric bangkit kemudian mengambil buku ensiklopedia dan membuka lembaran demi lembaran sambil seolah-olah menjelaskan isinya kepada dua temannya, Raja dan Faizs.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">"Ini, pesawatnya berjalan di landasan. Sebentar lagi mereka akan terbang," jelas Alaric menunjuk deretan pesawat yang berbaris di runway.</span></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
"Dekat bandara ada hotel juga lho. Kita bisa menginap disitu. Aal pernah ya yah menginap di hotel dekat bandara," katanya meminta persetujuan saya.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Saya mengangguk dan tersenyum. Padahal Alaric belum bisa membaca. Dia hanya membaca gambar dan symbol serta merepresentasikannya berdasarkan dirinya sendiri.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Sedangkan Raja masih belum tertarik dengan buku sekalipun sudah bisa membaca. Padahal menurut Christoper-Gordon anak usia 3-4 tahun sudah punya buku favorit yang senang ia baca. Ini lah tahap perkembangan membaca.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Hingga saya teringat curhat orang tua yang anaknya sudah bisa membaca sejak usia TK, tapi sejak SD susah sekali disuruh membaca buku teks (buku paket) yang sudah mahal-mahal dibeli karena kewajiban dari sekolah.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">
Jadi, apa gunanya bisa membaca sejak TK, jika kelak di usia formal operasionalnya (baca: akil baligh) dia tak tertarik sama sekali dengan buku untuk memperoleh pengetahuan?</div>
</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-15112169540365301702017-08-22T15:29:00.001+07:002017-08-22T15:50:51.624+07:00Mengapa Main di Luar itu Penting bagi Anak?<div style="text-align: justify;">
Hari libur seharusnya menjadi hari yang menyenangkan buat keluarga. Apalagi di sekolah ayah mengajar yang liburnya sangat terbatas (tanggal merah atau hari Ahad saja). Itu kenapa hari libur sangat kami manfaatkan untuk berkumpul bersama , berwisata, jalan-jalan, atau bahkan sekedar bergotong royong membersihkan rumah saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ahad (20/8) kemarin Alaric dan ayah jalan-jalan berdua. Harusnya mama juga ikut. Namun berhubung mama sedang mempersiapkan diri karena selama dua pekan kedepan akan bolak-balik ke Cilangkap, Mama memilih di rumah saja.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieSoAtDs5Yu2WkGx41JBgnUq6IvOdb6iynbFjBXJwowHBj6U9TLiildXDo3I5I_7BPyYCQWUqZOm_9iSJiZIt3lFff9WUdn0EBXlRPjGGinw_Q1_bxf5Z9AsCNYiDxkP88a7zgbd4yuvo/s1600/DSC_0438.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieSoAtDs5Yu2WkGx41JBgnUq6IvOdb6iynbFjBXJwowHBj6U9TLiildXDo3I5I_7BPyYCQWUqZOm_9iSJiZIt3lFff9WUdn0EBXlRPjGGinw_Q1_bxf5Z9AsCNYiDxkP88a7zgbd4yuvo/s640/DSC_0438.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Main-main air di Curug, bermain sekaligus mencintai Alam</td></tr>
</tbody></table>
Awalnya, Alaric dan ayah berencana untuk ke Kebun Raya Bogor karena sudah lama tidak kesana. Namun berhubung berangkat dari rumahnya sudah terlalu siang, akhirnya sesampai di stasiun Duri Al dan ayah memilih balik ke Tangerang meski sempat terjadi drama karena ayah harus berdebat dulu sama Alaric dan memberikan alasan yang kuat sampat akhirnya Al menerima keputusan bahwa ayah dan Al pulang saja ke Tangerang. Yang penting keinginan Al naik kereta (yang dia sampaikan malam harinya) sudah tercapai.<br />
<br />
Baca Juga : <b><a href="http://www.sialaric.web.id/2015/04/melatih-bayi-berjalan.html" target="_blank">Melatih Bayi Berjalan</a></b></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Pentingnya Aktivitas di Luar Ruangan</h3>
<div style="text-align: justify;">
Nah kegiatan jalan-jalan seperti ini adalah salah satu kegiatan anak di luar ruangan. Kegiatan di luar ruangan seperti ini sangat penting untuk anak usia dini, baik itu untuk bayi, balita, maupun anak pra sekolah seperti Alaric.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menghabiskan waktu di luar rumah dapat memperluas pandangan anak karena memberikan mereka kesempatan untuk menjelajahi lingkungan dan memiliki petualangan. Dengan banyaknya kesempatan berinteraksi dengan alam dan lingkungan, anak menjadi lebih percaya diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bermain di luar juga memungkinkan anak untuk memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan dirinya. Anak bisa berlari, melompat, menendang dan menangkap bola, bersepeda, dan kegiatan fisik lainnya juga tentunya akan memberikan manfaat bagi perkembangan fisik anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alaric sendiri akhir-akhir ini senang diajak lari pagi, senam pemanasan ringan, dan bersepeda. Terlihat dia sangat menikmati paginya dan juga berdampak pada suasana hati yang menyenangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat banyaknya manfaat dari pentingnya aktivitas bermain di luar ruangan, orang tua harus mempertimbangan sekolah yang tidak memfasilitasi anak dengan kegiatan <i>outdoor</i>. Bahkan dalam sehari anak-anak usia dini harus banyak bermain di luar. Tak cukup satu kali.</div>
<h3 style="text-align: justify;">
Ide Bermain di Luar Rumah yang Jadi Belajar</h3>
<div style="text-align: justify;">
Piaget dan Sara Smilansky bilang bahwa anak belajar melalui bermain. Oleh karenanya, orang tua harus pandai menjadikan kegiatan anak di luar rumah tidak hanya sekedar main tanpa makna, namun menjadi belajar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi kendala orang tua yang tinggal di perumahan dewasa ini adalah lahan yang sempit sebagai tempat bermain anak. Berbeda dengan saat orang tua masih kecil. Banyak lokasi bermain anak di sekitar rumah. Untuk menyiasatinya, pergi ke taman-taman di pusat kota dapat menjadi alternatif piknik berbiaya murah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di taman, anak bisa mengendarai sepeda atau <i>scooter, </i>bermain bola<i>, </i>memanjat atau berlari-lari kecil. Untuk anak usia pra-sekolah seperti Alaric, sangat senang sekali bermain petak umpet. Mereka juga senang merunduk melewati terowongan ban, memanjat pohon tumbang, dan berjalan di atas papan titian.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivNH6ETQTrT5NbYCYsJZHsLn0Mt3OTci7HZ0Lj72OwX3DkLv0N5-HSXxrhhLgeclz6FMeYnUExu4bRCcAcFcAtcCoBsvyheJ0SRDp5Uwv8GyekETk4COYqWzwshm6glWzMbcX6LdeHQuc/s1600/upload_-1" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="480" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivNH6ETQTrT5NbYCYsJZHsLn0Mt3OTci7HZ0Lj72OwX3DkLv0N5-HSXxrhhLgeclz6FMeYnUExu4bRCcAcFcAtcCoBsvyheJ0SRDp5Uwv8GyekETk4COYqWzwshm6glWzMbcX6LdeHQuc/s640/upload_-1" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Memanjar Pohon sangat disenangi Anak</td></tr>
</tbody></table>
Kegiatan-kegiatan di atas bisa menjadi belajar bagi anak jika pendampingan orang dewasa bermutu. Ketika bermain, orang tua bisa mengalirkan banyak pengetahuan untuk anak. Saat mengendarai sepeda misalnya. orang tua dapat membicarakan tentang gaya dorong dan tarik, berbicara tentang benda yang mudah dan sulit bergerak saat menendang bola, tentang terang dan gelap saat keluar-masuk terowongan, atau tentang kenapa pohon bisa tumbang dan menjadi tua. Pengetahuan-pengetahuan ini mengalir kepada anak saat kondisi otaknya sedang gembira dan pintu sambungan antar sel saraf di otaknya (<i>neurotransmitter)</i> sedang terbuka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kemarin ketika jalan-jalan naik kereta, ada banyak konsep yang bisa dipelajari Alaric. Konsep waktu ketika saya bicara tentang lama perjalanan berangkat dan pulang. Ada juga konsep logis-matematik yakni membandingkan lama perjalanan, banyak orang di kursi dan membandingkannya, dan konsep urutan. Ini belum termasuk konsep bentuk geometri (di kereta maupun rel), konsep sosial (mengapa ada banyak orang bepergian), dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa anak juga senang membantu. Ini adalah kesempatan bagi anak untuk main di luar sekaligus belajar banyak hal. Anak bisa diajak menyiangi rumput di halaman, menyiram tanaman, atau mencuci kendaraan. Selain membangun motorik anak, kegiatan seperti ini membangun sosial dan empati anak sekaligus kognitifnya.<br />
<br />
Baca Juga : <b><a href="http://www.sialaric.web.id/2016/09/inilah-perkembangan-motorik-halus.html" target="_blank">Inilah Perkembangan Motoric Halus Balita 2-3 Tahun</a></b><br />
<h3>
Resiko Bermain di Luar dan Menyiasatinya</h3>
Bermain di luar rumah tentu tidak tanpa resiko. Inilah alasan mengapa dibutuhkannya pendampingan orang dewasa (orang tua atau guru) ketika anak diberikan kesempatan bermain di luar. Khawatir wajar, namun jangan sampai kekhawatiran ini justru membatasi kesempatan anak bermain di luar.<br />
<br />
Tidak masalah terkadang luka lecet atau memar. Alaric beberapa kali terjatuh saat berlari, terjungkal dari sepeda sehingga lututnya lecet dan keningnya lebam. Justru ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk menanamkan konsep kepada anak bahwa dirinya punya keterbatasan, belajar dari kesalahan, mengatasi tantangan dan rintangan, sehingga dia menjadi anak yang percaya diri.<br />
<br />
Selamat Menjadi Orang Tua Bermutu.....<br />
<br />
Regards,<br />
<b>Ayah Said </b>(@bangsaid)</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-78821638452215265822017-06-18T10:27:00.004+07:002017-06-18T10:27:47.238+07:00Kebiasaan Seksual Balita, Apa Saja?<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu lalu, kami dibuat terkaget-kaget oleh kelakuan Alaric. Menjelang usia 3 tahun Alaric tampak melakukan sesuatu yang mungkin bagi kita orang dewasa hal yang tabu. Alaric cenderung suka memegang kelaminnya. Bahkan dia terlihat menikmati jika celananya belum dipakai. <i>Hohoho...</i> horor juga kalau dia kemudian lari-lari ke depan rumah dengan kondisi belum memakai celana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya mamanya sempat histeris. Dan seperti biasa kelakukan mama dan anak, kejar-kejaran. Yang satu kabur tidak mau dipakaikan celananya, yang satu merasa malu dengan kelakukan anaknya. Saya pun mencari tahu dan membuka kembali buku-buku materi perkembangan anak yang pernah dipelajari sebelumnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
Apa saja <i>sih</i> <i>sexual behaviour</i> atau kebiasaan seksual yang wajar untuk anak usia toddler ?</h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvTe_ZHlpWvsE_nYdmsoOcr1DhP7ODVzIRajn3mD1SpSuQqFPUmYExgWtbmMNDUSguHyRwbUQahxTYCAqVXpz_aA5Y19Ua6l41EZn8ApGHNh0YCnd0CJF9wVnGvhnCc4L1IYa0i7fSW3I/s1600/Toddler_Sexual_Behaviour.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kebiasaan Seksual Balita" border="0" data-original-height="470" data-original-width="802" height="372" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvTe_ZHlpWvsE_nYdmsoOcr1DhP7ODVzIRajn3mD1SpSuQqFPUmYExgWtbmMNDUSguHyRwbUQahxTYCAqVXpz_aA5Y19Ua6l41EZn8ApGHNh0YCnd0CJF9wVnGvhnCc4L1IYa0i7fSW3I/s640/Toddler_Sexual_Behaviour.jpg" title="Infografis by @bangsaid" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selain tiga kebiasaan di atas, dalam tingkat yang lebih tinggi, balita mungkin akan senang memegang bagian genital orang lain (anak lain) misalnya ketika mandi bersama di kolam renang atau di tempat umum.</div>
<h3 style="clear: both; text-align: justify;">
Apakah Kebiasaan Seksual Tersebut Normal ?</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Betul, mungkin yang menjadi pertanyaan ayah bunda, juga pertanyaan kami orang tua Alaric adalah apakah kebiasaan-kebiasaan tersebut di atas normal dilakukan oleh balita.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pada dasarnya penyebab balita melakukan hal-hal tersebut adalah karena dia sedang menunjukkan ketertarikan pada bagian-bagian tubuhnya serta bagaimana bagian-bagian tubuh tersebut bekerja. Sehinga dia senang memperhatikan bagian tubuh termasuk bagian genitalnya atau kemudian menyentuhnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selain itu, Balita juga sedang berusaha untuk mempelajari lingkungan sosialnya. Rasa penasaran mereka terhadap jenis kelamin laki-laki dan perempuan juga dapat menjadi penyebab anak usia 2 hingga 3 tahun melakukan kebiasaan di atas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jadi normal atau tidaknya, berdasarkan penyebab-penyebab di atas ini adalah hal yang wajar untuk anak <i>toddler </i>(balita). Sehingga yang lebih penting adalah bagaimana orang tua merespon kebiasaan tersebut agar anak menjadi belajar.</div>
<h3 style="clear: both; text-align: justify;">
Bagaimana orang tua merespon Kebiasaan Seksual Balita?</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Respon orang tua terhadap hal ini sangat berpengaruh penting bagi anak. Anak bisa saja belajar banyak hal, atau sebaliknya malah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan hingga usia pra sekolah. Jika respon orang tua benar, seharusnya kebiasaan seksual ini tuntas di usia 2-3 tahun ini. Jadi jika ada anak usia pra sekolah (4-5 tahun) atau bahkan usia sekolah dasar masih melakukan hal serupa, ada perkembangan usia <i>toddler</i> yang terlewatkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di awal tentu respon kami sebagai orang tua tampak berlebihan. Namun seiring dengan pengetahuan yang didapat, respon pun beralih menjadi lebih baik. Memang kadang-kadang di kesempatan yang darurat, kita bisa mengajak anak menghentikan kebiasaan ini. Terutama jika ada orang lain atau jika kebiasaan tersebut membuat orang lain tidak nyaman. Pelan-pelan kita bisa mengalihkan anak kepada aktivitas lain untuk mengalihkan perhatiannya dengan kebiasaan seksual ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebagai orang tua kita juga bisa memanfaatkan momen ini untuk membuat balita jadi belajar, membangun <i style="font-weight: bold;">body awarness </i>mereka. Kita bisa menjelaskan nama bagian-bagian tubuh beserta fungsinya. Misalnya kita bisa bicara,</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wah Alaric sedang menyentuh penis. Anak laki-laki punya penis. Kita gunakan penis untuk pipis (buang air kecil)."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kita juga bisa mengajak anak membedakan mana bagian publik dan mana bagian privasi. Terutama untuk muslim, bisa mengalirkan materi tentang aurat. Misalnya kita lanjutkan kalimat di atas dengan kalimat,</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Penis adalah bagian pribadi. Tidak boleh dilihat orang lain. Itu kenapa Allah memerintahkan kita untuk menutup aurat, bagian pribadi yang tidak boleh dilihat orang lain."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bicaralah dengan jujur tentang nama bagian tubuh anak. Gunakan kata-kata yang tepat dan ilmiah seperti vagina, payudara, pantat, anus, dan sebagainya. Ini penting agar anak mengetahui dengan jelas nama bagian tubuhnya. Kita juga bisa menanamkan sejak dini perbedaan antara laki-laki dan perempuan tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><i>Selamat menjadi orang tua bermutu....</i></b></div>
</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com31tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-27004273604711467782017-06-08T06:00:00.000+07:002017-06-08T08:46:36.474+07:00Anak 3 Tahun Pandai Mengurutkan? Bisa!<div>
<div style="text-align: justify;">
Menjelang usia tiga Tahun, Alaric menunjukkan kemampuan untuk membedakan dua benda sebagai modal kemampuan klasifikasinya. Dia mulai bisa membedakan mana benda yang lebih besar dan mana yang lebih kecil. Kadang dia juga membandingkan ukuran panjang. Melihat suatu benda lebih panjang dari benda lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga : <b><a href="http://www.sialaric.web.id/2017/01/perkembangan-kognitif-menjelang-3-tahun.html" target="_blank">Perkembangan Kognitif Menjelang 3 Tahun : Membedakan Besar lawan Kecil</a></b></div>
<div style="border: 0px; clear: both; color: white; font-family: Vidaloka, Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 20px; font-weight: normal; line-height: normal; margin: 0px 0px 0px 10px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; text-align: justify; vertical-align: baseline; width: 444.828px;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kini tiga bulan sudah lewat dari usia tiga tahun. Alhamdulillah kemarin dengan idenya sendiri, kemampuan logis-matematik nya kian berkembang. Alaric sudah mampu melakukan seriasi atau mengurutkan benda berdasarkan ukurannya. Melalui playdough yang dibuat sendiri oleh mamanya di rumah, Alaric membuat bentuk-bentuk bola dengan berbagai ukuran lalu mengurutkannya mulai dari yang kecil hingga yang besar.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8h1V7qx-UpAxEV8wB8tCbS5IRPmuqac1jcZ-eHqvAx11pl4SgAUqGeSbDOibgRLrn9OmBFX1EEiap9cxy9xjg1etxb_tAOen2GQLoo9UFieXDfCFmMvoh0PmUkJZ4nTz28L-vtPRP3wo/s1600/IMG_20170605_225512.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8h1V7qx-UpAxEV8wB8tCbS5IRPmuqac1jcZ-eHqvAx11pl4SgAUqGeSbDOibgRLrn9OmBFX1EEiap9cxy9xjg1etxb_tAOen2GQLoo9UFieXDfCFmMvoh0PmUkJZ4nTz28L-vtPRP3wo/s640/IMG_20170605_225512.jpg" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menunjukkan Kemampuan Seriasi</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
οΏΌ</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Seberapa Penting Kemampuan Seriasi Ini?</b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kemampuan ini sebenarnya terlihat sepele. Namun di balik itu semua, kemampuan seriasi sangat berguna bagi hidup anak di masa depan.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Seriasi adalah salah satu modal kemampuan berpikir matematik. Ketika kita menghitung secara berurutan satu, dua, tiga, dan seterusnya pada dasarnya kita sedang menggunakan kemampuan seriasi karena bilangan (angka) adalah bentuk abstrak yang merepresentasikan banyak benda. </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kehidupan nyata khususnya di sekolah, kemampuan seriasi akan mendukung pembelajaran Matematika atau Sains di Sekolah Dasar. Anak-anak akan kesulitan belajar pengukuran panjang, berat, atau waktu jika mereka tidak memiliki kemampuan seriasi ini.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku 'Mengapa Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu' peneliti pendidikan anak usia dini, Ibu Wismiarti (direktur Sekolah Al-Falah Jakarta) menyebutkan bahwa kemampuan seriasi ini membuat anak mampu menempatkan dirinya secara akurat dimanapun dia berada. Dia menjadi mengetahui mana yang tidak penting, kurang penting, dan penting. Sehingga dewasanya dia menjadi orang yang pandai menyusun prioritas dalam segala bidang hidupnya (pekerjaan maupun keluarga).</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bagaimana Membangun Kemampuan Seriasi?</b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Alaric tidak ujug-ujug punya kemampuan ini. Tentu munculnya kemampuan seriasi awal mulanya dibangun melalui tahapan membaca secara fisik baik melalui pendampingan orang tua di rumah, maupun gurunya di sekolah.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui banyak kegiatan bermain, Alaric mengenal berbagai bentuk dan ukuran. Guru mengajaknya membaca ukuran benda, membedakan, mengklasifikasi, sampai akhirnya dia menemukan sendiri urutan tersebut tanpa harus di-direct oleh guru maupun orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga : <b><a href="http://www.sialaric.web.id/2017/01/pandai-melalui-main.html" target="_blank">Pandai Melalui Main</a></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Pembangunan terhadap kemampuan seriasi juga dapat dilakukan melalui kegiatan beres-beres. Di Sentra Bahan Alam misalnya. Berbagai macam alat dan benda dengan macam-macam ukuran sudah disediakan oleh guru. Setelah bermain, anak dapat membereskan alat main kemudian mengurutkan benda yang sama (seperti corong misalnya) dari yang terkecil hingga terbesar. Pembiasaan seperti inilah yang akhirnya sampai di otak anak sehingga kemampuan seriasinya menjadi berkembang.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-29078217642244004312017-05-29T22:15:00.001+07:002017-05-30T10:17:18.927+07:00Usia 3 Tahun Menjadi Semakin KritisAda cerita menarik dari gurunya Alaric di sekolah tadi pagi. Di suasana puasa kali ini, anak-anak kelas Playgroup (PG) tetap bersekolah. Hanya saja jam sekolahnya jadi lebih pendek dibandingkan biasanya. Dan tentu saja seusia mereka anak 3-4 tahun ini belum ada yang berpuasa π. Meskipun demikian, TFP materi Puasa tetap dialirkan oleh guru sepanjang proses bermain.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img alt="" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg29Ezxii78cHL5rTiCuKD9AAA7Au_mTnzfQA6Bf64DWhprBz-J2ijpqwSFvVOxtSkLnYPHvgVKYbmtYfYIkYI7_7BzqJRG7JmH9ZVMCOXgsnaPFWVbtExpvnWFsuN9TfmNmfzwopNDtms/" style="font-size: 17px;" width="240" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Nah, menjelang waktu <i>break</i> untuk makan <i>snack </i>pagi<i>, </i>Bunda Tri sebagai guru di kelas PG bercerita kepada anak-anak bahwa sebenarnya sekarang adalah bulan Puasa.<br />
<br />
Baca Juga : <a class="related-post-item-title" href="http://www.sialaric.web.id/2016/05/apa-siapa-mana-dimana-dari-mana.html" style="background-color: white; border: 0px; color: #9b6745; font-family: Arvo, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration-line: none; vertical-align: baseline;" title="Apa, Siapa, Mana, Dimana, Dari mana">Apa, Siapa, Mana, Dimana, Dari mana</a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Bunda Tri sedang berpuasa. Teman-teman PG belum berpuasa. Nanti kalau sudah siap bisa belajar berpuasa. Puasa itu kita tidak makan dan minum dari adzan subuh sampai adzan Maghrib," jelas Bunda Tri.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tanpa basa-basi tiba-tiba si Alaric ini langsung meniru suara adzan persis setelah Bunda Tri berbicara.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Udah adzan bunda Tri. Yey, aku boleh makan sekarang," katanya langsung membuka bungkus makanannya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kontan saja Bunda Tri menahan tawa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sore harinya di rumah nenek ketika ayah menjemputnya, Alaric sedang bermain sepeda. Dia <i>sih</i> sebenarnya belum bisa menggowes secara sempurna, kadang-kadang masih didorong dengan dua kakinya. Neneknya menawarkan untuk membawa sepeda tersebut dengan sepeda motor. Muat sebenarnya. Namun berhubung barang belanjaan mama juga banyak, ayah memutuskan untuk menunda membawanya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Wah, tidak muat ya," seru ayah, maksudnya menunda agar bisa dibawa di waktu lain.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Iya, tidak muat. Yasudah, nanti kita bawa pakai taksi ya Yah," timpalnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ayah, mama, dan nenek sampai <i>ngikik</i> dibuatnya. <i>Kok</i> bisa si otong ini menghubungkannya dengan Taksi π .</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Usia 3 Tahun Semakin Kritis</b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: left;">
Sejak usia 3 tahun ini, Alaric menjadi semakin kritis. Kalau tak pintar-pintar meladeni pertanyaan atau komentarnya, bisa jadi tantrum.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Di usia ini dia mulai menggunakan kata tanya 'Kenapa' atau 'Mengapa' sebagai bentuk kekritisannya. Naik tingkat dibandingkan usia sebelumnya yang apa saja ditanya dengan kalimat tanya 'Ini apa?' 'Itu apa Yah?'.<br />
<br />
Baca juga : <a class="related-post-item-title" href="http://www.sialaric.web.id/2016/12/menggunakan-kata-ganti.html" style="background-color: white; border: 0px; color: #9b6745; font-family: Arvo, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration-line: none; vertical-align: baseline;" title="Menggunakan Kata Ganti 'Aku' ">Menggunakan Kata Ganti 'Aku'</a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pernah suatu ketika, saat ayah mengendarai motor ke arah pulang ke rumah Alaric tiba-tiba protes.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Kenapa tidak lewat sana?" Menunjuk jalan lain.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Oh.. kalau itu jalan ke rumah dede Royhan. Kita lewat jalan ini kalau mau pulang," jelas Ayah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Ih.. aku mau lewat sana," katanya dengan sedikit memaksa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Iya, nanti kalau kita mau ke rumah dede Royhan. Kalau sekarang kita mau pulang jadi lewat jalan yang berbeda."</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya jadi berdebat π dan berdebat sama anak Balita itu ga level sodarah-sodarah. Perlu beberapa menit sampai Alaric mau menerima kenyataan bahwa kita harus pulang dan tidak menggunakan jalan yang diinginkannya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Yah... Beginilah anak-anak. Semakin besar dia akan semakin kritis. Tugas kita sebagai orang tua adalah mendampingi mereka dan menjawab kekritisannya dengan ilmiah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Selamat jadi orang tua bermutu....</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>*Tulisan Ayah</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-32564027318423265702017-02-25T16:09:00.001+07:002017-02-25T16:09:59.139+07:00Refleksi 3 Tahun Alaric (1) : Perkembangan Anak 2-3 Tahun Domain Estetik dan AfeksiAlhamdulillah.... hari ini 25 Februari 2017, tepat sudah Alaric berusia 3 tahun. Sekarang saatnya mereview kembali perkembangan Alaric selama usia 2- 3 tahun ini. Saya akan menulis sesuai dengan fokus perkembangan dalam pengamatan yang biasa kami lakukan di sekolah. Oya, ini adalah pengamatan saya sebagai ayah selama berinteraksi dengan Alaric di rumah. Kemungkinan ada tambahan atau mungkin ketidaksesuaian dengan pengamatan guru di sekolah.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img alt="" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC-pUjcB6GoWeN6HK2bcEuiw5tiEIEkh-6f_EmY72FPe5z8BUtTJxITCSS6-R_ITxRoulVb0pIg4dC9DEakxeGvMhIR-pROsgCsZpv2dCyu2Zaz5bgYkDd5I61MghgInSpl295gb9g0io/" width="400" /></div>
<br />
Berikut ini perkembangan anak 2-3 tahun yang saya rangkum dari Alaric :<br />
<br />
<b>Perkembangan Estetik</b><br />
<br />
<ul>
<li><b><i>Enjoyment </i></b>: Alaric sangat menikmati <a href="http://alaric.bangsaid.com/2016/03/menikmati-lagu-menyanyikannya.html" target="_blank">lagu-lagu</a>. Dia sangat senang menyanyikan lagu-lagu tema pembelajaran di sekolahnya. Dia juga sangat menyukai <i>shalawat</i> dan terkadang menggunakan berbagai alat sebagai gendang ketika bershalawat.</li>
<li><b><i>Insight </i></b>: Pengetahuan Alaric tentang lagu-lagu cukup banyak. Alaric hafal lagu-lagu berikut nadanya. Tentu lagu-lagu yang pernah dia dengar sebelumnya.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Stimulation</i> : Alaric menangkap nada dan irama dengan cepat. Itulah kenapa Alaric mudah menghafal lagu, doa, maupun ayat-ayat Qur'an ketika dibacakan dengan irama. Saat ini Alaric mudah diajak untuk menghafal surat-surat pendek dengan irama Al-Muyassar.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Satisfaction</i> : Alaric mendapatkan kepuasan ketika dia sedang bernyanyi, melakukan kegiatan-kegiatan sensori seperti bermain air, tanah, dan pasir.</li>
</ul>
<div>
<b>Perkembangan Afeksi</b></div>
<div>
<ul>
<li><i style="font-weight: bold;">Trust</i> : Alaric sangat <a href="http://alaric.bangsaid.com/2016/04/menunjukkan-kekuatan-dirinya-pokoknya.html" target="_blank">percaya pada dirinya</a>. Segala sesuatu bagi anak usia 2-3 tahun ini ingin dia lakukan secara sendiri. Dia pun sangat percaya pada mamanya. Kemana mamanya pergi dia harus tahu. Sehingga penting bagi para Ibu untuk selalu bicara ketika akan meninggalkan anak.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Autonomy</i> : Sejak usia 2,5 tahun, Alaric sudah belajar melepas pakaiannya sendiri. Sekarang dia sudah bisa melepas celana dalamnya secara mandiri, melepas dan memakai sandal jepit, dan kadang-kadang membutuhkan sedikit bantuan ketika akan melepas kaos kaki.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Initiative</i> : Alaric sangat senang melakukan sendiri apa yang ingin dia lakukan. Dia ingin membawa mainan ke sekolah. Kadang-kadang dia ingin main ke luar rumah bersama teman-temannya. <br />Kegiatan <b><i>toilet training</i> </b>pun masih terus dilakukan hingga saat ini. Untuk buang air kecil, Alaric sudah bisa mengungkapkan dan berbicara kepada orang tua maupun guru. Hanya saja untuk buang air besar, terkadang dia masih bersembunyi di pojok. Namun alhamdulillah tanggal 22 Februari kemarin adalah hari bersejarah dimana Alaric akhirnya berbicara bahwa dia ingin buang air besar di toilet. Dan benar saja sudah beberapa hari ini Alaric <i>ngeh</i> dengan <i>alarm</i> dirinya sehingga datang kepada ayah dan mama untuk dibantu ketika buang air besar.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Industry</i> : Alaric selalu ingin menunjukkan kekuatan dirinya sehingga dia selalu ingin bisa melakukan sesuatu. Kadang-kadang dia membutuhkan dorongan untuk beres-beres sampai selesai. Ini mungkin berbeda dengan usia sebelumnya. Disini Alaric sudah pandai bernegosiasi mau menyelesaikan beres-beres mainannya kapan dan dengan siapa.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Self Concept </i> : Alaric sudah mulai paham mana benda-benda atau mainan miliknya, mana milik orang lain. Dulu, di awal usia 2 tahun semua mainan adalah miliknya. Mainan bibi kecilnya, mainannya juga. Buku-buku di sekolah adalah buku-buku miliknya. Sekarang dia sudah sedikit memahami konsep kepemilikan ini.<br />Tadi, di usia 3 tahun ini Alaric mulai sadar bahwa dirinya akan buang air besar sehingga dia kemudian meminta mama atau ayah untuk membantunya.</li>
<li><i style="font-weight: bold;">Self Esteem</i> : Ketika dia tidak dapat mengambil benda-benda yang tinggi, dia sudah mulai bisa meminta bantuan orang dewasa. Namun terkadang Alaric akan berteriak ketika sulit menyelesaikan sesuatu. Kadang-kadang dia juga melemparkan benda-benda dari pekerjaan yang gagal diselesaikannya. Alaric memang membutuhkan banyak stimulus untuk dapat menguasi dirinya ketika menghadapi kesulitan ini. Mama dan Ayah selalu bicara padanya, "Jika butuh bantuan, ada mama dan ayah."</li>
</ul>
<div>
<b><i>Bersambung....</i></b></div>
</div>
<div>
<b><i><br /></i></b></div>
<div>
<i>*) refleksi ini ditulis sebagai sarana </i>recalling<i> saya sebagai orang tua. Seberapa jauh saya kenal dengan anak saya</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<b>Tulisan Ayah</b></div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-36644220245774860292017-01-26T13:42:00.000+07:002017-01-26T13:42:46.809+07:00Pandai Melalui Main <div style="text-align: justify;">
Dalam suatu kesempatan ketika ayah akan membantu Alaric memakai celananya, ayah terlalu terburu-buru. Ayah langsung saja mengangkat kaki Al sebelah kiri dan mencoba memasukkannya ke lubang kaki celana dimana seharusnya ayah memberikan kesempatan lebih banyak untuk Alaric mencoba. Al pun berontak dan menarik kembali kaki kirinya tersebut seraya berkata :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayah... kaki kanan dulu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Owalaa...h</i>. Ayah jadi malu dan akhirnya meminta maaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di kesempatan lainnya Alaric meminta bantuan ayah untuk mengambilkan celana panjangnya. Berhubung ayah lagi <i>gemes-gemesnya</i> sama dia, ayah pun memasangkan celana ke kepalanya. Tapi lihat responnya. Wajahnya menjadi cemberut lalu menarik celana tersebut dan berkata dengan ketus,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ishh.. Celana bukan di kepala ayah. Yang di kepala topi. Celana untuk di kaki."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagi-lagi ayah harus minta maaf lahir bathin kepadanya karena telah mencoba 'merusak' persepsinya tentang celana, fungsinya, serta bagaimana cara memakainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alaric baru akan berusia 3 tahun di akhir bulan depan. Sepintas banyak orang merasa kagum dengannya (termasuk ayah). Mungkin di usia seperti itu, ayah belum bisa berbuat banyak. Namun sekarang Alaric bisa memberikan pendapat yang benar di usia dininya. Dari mana Alaric belajar?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Anak Belajar Melalui Main</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika saya menceritakan kepada teman saya bahwa Alaric tidak hanya main mobil-mobilan, namun juga main boneka dan masak-masakan, banyak yang bilang saya aneh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gila lu... anak lu laki. Masa dibentuk jadi lekong," kata teman saya dengan kasar namun saya balas dengan senyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lagi yang berkomentar seperti ini :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya ampun. Ga takut anaknya jadi bencong."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan banyak lagi komentar miring lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya maklum... dan saya memahami bahwa mereka berkomentar seperti itu karena mereka belum memahami apa arti bermain bagi anak-anak usia dini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sara Smilansky, professor yang memfokuskan risetnya pada cara anak belajar melalui main, mengungkapkan setidaknya ada 4 jenis main anak yakni :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijIDm9UWJv5D1-KAYEGovwuPw8zIvGeJx6xzNvShNcX6AVH4U8VVl9oXjG8AG8M2YnIeExHk9dz4cGYlkHzNj1jJo_VyRZKxRXkzPSgVJ5RVK0dPq_X8pCYNR0-EUwzcTOSKi6QA5aVu0/s1600/4_Jenis_Main.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijIDm9UWJv5D1-KAYEGovwuPw8zIvGeJx6xzNvShNcX6AVH4U8VVl9oXjG8AG8M2YnIeExHk9dz4cGYlkHzNj1jJo_VyRZKxRXkzPSgVJ5RVK0dPq_X8pCYNR0-EUwzcTOSKi6QA5aVu0/s640/4_Jenis_Main.png" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">4 Jenis Main menurut Prof. Sara Smilansky</td></tr>
</tbody></table>
<ul>
<li>Main Fungsional</li>
<li>Main Konstruksi</li>
<li>Main Peran</li>
<li>dan Main dengan Aturan</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Keempatnya memiliki tahapan dan akan muncul seiring bertambahnya usia anak. Misalnya untuk anak seusia Alaric, main yang sedang berkembang di usia 2-3 tahun adalah lanjutan main fungsional, main peran, serta sedikit main konstruksi. Tahapan seperti ini jadi bekal bagi orang tua dan guru untuk menentukan jenis mainan yang akan diberikan kepada anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pengalaman main fungsional terhadap topi, baju, celana, dan pakaian lainnya Alaric belajar fungsi banyak benda. Kemampuan ini diperkuat dengan bagaimana prosedur memakainya yang dialirkan melalui kegiatan main peran. Saat main peran, terkadang Alaric berperan sebagai ayah yang memakaikan baju untuk bayinya sehingga dia belajar bagaimana memakai pakaian. Konsep ketauhidan tentang bagaimana aturan orang Islam memakai pakaian pun dikenalkan melalui main.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga wajar saja Alaric protes ketika saya menarik kaki kirinya ketika akan memakaikan celana, pun begitu ketika saya bercanda memasangkan celana ke kepalanya. Dia protes karena yang saya lakukan tidak sesuai dengan pengetahuan yang dia terima selama ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ayah bunda, jangan anggap remeh main ya. Main akan menjadi belajar jika kita (sebagai orang tua) memahami lebih banyak tentang main itu sendiri. </div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-71508004810770238742017-01-11T17:13:00.000+07:002017-01-11T17:13:15.385+07:00Perkembangan Kognitif Menjelang 3 Tahun : Membedakan Besar lawan KecilSebelum berangkat sekolah, kemarin (10/1) Alaric sempat memberikan sisa rotinya kepada Ayah. Sepulang sekolah, ketika Ayah akan makan roti sisa yang sudah diberikan, tiba-tiba Al minta kembali.<br />
<br />
"Ayah... Aku mau makan roti," katanya.<br />
<br />
"Oh.. Baik. Ayah akan berbagi kepada Alaric," Kata saya sambil membelah roti namun tidak sama besar.<br />
<br />
Saya memberikan belahan roti yang ukurannya lebih kecil. Namun dia menolaknya.<br />
<br />
"Itu kecil. Aku yang besar. Ayah yang kecil," katanya memilih.<br />
<br />
"Oh.. Alaric memilih bagian roti yang besar," kata saya.<br />
<br />
Beberapa hari sebelumnya, kejadian yang sama persis terjadi juga. Ketika saya memotong kerupuk menjadi dua bagian, dia memilih yang lebih besar. Tak hanya sekali, ketika mendapat potongan beberapa buah, Alaric selalu memilih setelah membedakan mana yang besar dan kecil. Dan tentunya kalau soal makanan, dia memilih yang lebih besar ukurannya :-D <i>*hehehehe</i>.<br />
<br />
<b>Munculnya Kemampuan Klasifikasi Awal</b><br />
<br />
Membedakan lalu memilih adalah hal yang biasa. Di ujung usia 2 tahun (menjelang 3 tahun) kemampuan klasifikasi awal anak mulai terbangun karena kemampuan berpikirnya mulai berkembang. Anak mulai memahami konsep <i>opposite</i> (kebalikan) seperti besar-kecil atau siang-malam. Kemampuan membedakan ini menjadi bekal anak untuk dapat menyortir benda-benda dalam kelompok seperti mana yang keras-lembek, mana yang panjang-pendek, dan mana yang besar-kecil.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://images.huffingtonpost.com/2012-11-08-fruit-ApplesTwiceCrop.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://images.huffingtonpost.com/2012-11-08-fruit-ApplesTwiceCrop.jpg" height="360" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Jika ini mendapat dukungan dari orang dewasa, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan anak di usia berikutnya. Kemampuan membedakan ini juga menjadi dasar berkembangnya kemampuan <b><a href="http://bangsaid.com/2016/08/5-hal-ini-menjadi-dasar-kemampuan-matematika-yang-penting-di-usia-dini.html" target="_blank">berpikir matematik</a></b> yang tinggi di anak. Anak yang terbangun kemampuan matematikanya sejak usia dini, tentu tidak akan mengalami kesulitan belajar matematika di sekolah dasar nanti.<br />
<br />
<b>Bagaimana Dukungan dapat Diberikan?</b><br />
<b><br /></b>
Munculnya kemampuan ini pertama-tama harus kita syukuri, <i>Alhamdulillah</i>. Tinggal bagaimana menguatkannya.<br />
<br />
Beri kesempatan anak untuk bermain karena memang bermain adalah dunia anak. Untuk anak usia 2-3 tahun diusahakan bisa bermain bersama teman seusianya. Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan mainan yang harus sesuai dengan jumlah anak karena anak usia <i>toddler</i> ini masih menganggap barang miliknya dan perlu dukungan lebih dari orang tua untuk bisa berbagi.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://g01.a.alicdn.com/kf/HTB1IX4SKFXXXXb9XVXXq6xXFXXXq/2014-New-Big-small-rhubarb-duck-doll-Lovely-Rhubarb-Duck-Dolls-Soft-Short-Plush-Stuffed-Toys.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://g01.a.alicdn.com/kf/HTB1IX4SKFXXXXb9XVXXq6xXFXXXq/2014-New-Big-small-rhubarb-duck-doll-Lovely-Rhubarb-Duck-Dolls-Soft-Short-Plush-Stuffed-Toys.jpg" height="426" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sediakan Mainan dengan berbagai ukuran</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan bahasanya, ketika anak berinteraksi dengan mainannnya, orang tua bisa memverbalkan nama mainan berikut warna dan ukurannya. Ini akan membantu anak mampu menyortir benda dari satu hingga dua variabel. Contohnya :<br />
<br />
"Oh.. Alaric mengambil Mobil yang lebih besar."<br />
<br />
"Wah, Alaric memilih panci yang lebih kecil."<br />
<br />
"Ya... itu Apel Merah yang kecil."<br />
<br />
"Nah.. kalau ini apel hijau yang besar."<br />
<br />
Ungkapan verbal seperti ini yang diberikan ketika mendampingi anak yang sedang bermain akan membantu membangun banyak domain perkembangannya. Oh ya, jangan lupa untuk menyediakan mainan dengan berbagai ukuran.Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-56837583672503125942016-12-06T00:53:00.001+07:002016-12-06T01:05:05.741+07:00Menggunakan Kata Ganti 'Aku' Beberapa hari ini Alaric senang sekali menggunakan kata 'Aku' untuk merepresentasikan dirinya sebagai subjek. Kalau sebelum-sebelumnya di lebih banyak menggunakan kata 'Aal' untuk menyebut diri. Misal ketika ingin pipis, dia biasanya bicara,<br><br>"Mamah, Aal mau pipis."<br><br>Atau<br><br>"Aal gemes sama ayah."<br><br><div style="text-align: center;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYyksMSV3ToYNrNWw2ZaphSaRMB6n9ZSgHG76_sgkMVxALaPHK8t6wr0j2OIV67FJgVN5iXyIurUNDp_hP1Gpte-8S9pTEh4buCRrkrvEIPf8MkiPp-q8-pyucXDo0YQb2XA-TmIVArpU/" alt="" width="240" height="320" style="font-size: 17px;"></div><br>Nah... sekarang kalimatnya mulai berubah menggunakan kata ganti orang pertama tunggal tadi, yakni 'Aku'.<br><br>"Punya siapa mainan ini?" Tanya ayah.<br><br>Kalau dulu Alaric menjawa dengan kalimat, <br><br>"Punya Aal"<br><br>Sekarang kalimatnya berubah menjadi,<br><br>"Punya Aku."<br><br>"Aku suka makan udang."<br><br>"Aku mau main di luar." Dan sebagainya.<br><br><b>Kapan sebenarnya penggunaan kata ganti 'Aku' ?</b><br><br>Menurut penelitian para pemerhati anak di Australia, bayi mulai menggunakan kata 'Aku' atau saya ketika berusia 24 bulan hingga 30 bulan. Sebelumnya di usia 18 bulan anak mulai memahami dirinya melalui nama.<br><br>Oke, kalau begitu Alaric terlambat dari rata-rata kebanyakan anak dalam hal penggunaan kata ganti 'Aku' karena baru muncul di usia 33 bulan ini.<br><br>Namun di balik itu, penggunaan bahasa Indonesia yang sedikit formal sudah Al lakukan sejak dia bisa berbicara dengan cukup jelas. Karena penggunaan yang konsisten itu, banyak sekali kosakata yang Al punya. Baik itu kosakata tentang tubuh, rangka, hewan, maupun kendaraan.Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-75680131763788942132016-11-02T20:19:00.001+07:002016-11-02T20:22:28.984+07:00Kosakata Tema 'Tubuh'
<div><span style="font-size: 17px;">Malam ini menjelang tidur, Alaric dan mama beberes dulu mainan yang sudah dimainkan di kamar. Ada banyak mainan yang perlu diambil satu persatu dan dimasukkan ke dalam keranjang.</span><br></div><div><br></div><div>Mainan tersebut tidak sepenuhnya milik Alaric. Beberapa adalah lungsuran dari masnya atau dari tetangga. Seperti kepala robot ini adalah pemberian dari Mas Arief yang waktu Pak De nya berikan kepada Alaric, Mas Arief sudah kelas 4 SD, ngga main robot-robotan lagi. Alaric sendiri karena memang ga pernah nonton tv dan lihat film robot jadi ga terlalu 'ngeh' sama cara memainkan mainan ini sehingga wajar kalau mainannya malah lepas sana-sini.</div><div><br></div><div><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4X15XIQJu3s9DRjsp8sZ2o9Hiky31OubfVaPlPXW828Ykqy9me7bAyhcbiVW6_g4lk3efPEoEUNZ6auz5rgX5TwGL7Ini-Ioz5Aj5EZ42HwsA5FnSHYQE1cCsaW2xBS8f5OyVogdJNYw/" alt="" width="320" height="320"><br></div><div><br></div><div>Ketika akan menaruh kepala robot ini Alaric terdiam sejenak dan memperhatikannya. Lalu keluarlah kalimat dari mulut mungilnya.</div><div><br></div><div>"Mamah... ada ininya ya," katanya pada mamah yang ikut membantu membereskan mainan.</div><div><br></div><div>Mama membiarkan Alaric berpikir sebentar. Tidak langsung memotong pembicaraannya. Sampai beberapa saat Alaric masih terdiam, mamah pun berkata,</div><div><br></div><div>"Maksud Alaric ada kabel-kabelnya ya?" Tanya mamah.</div><div><br></div><div>Alaric masih serius memperhatikan kepala tersebut dengan seksama. </div><div><br></div><div>"Ada ininya mah... Ada organnya."</div><div><br></div><div>Mama surprise... ayah juga. Lalu mengalirlah TFP tentang organ di kepala manusia yang digunakan untuk berpikir π</div>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-36782503399468789772016-09-13T19:58:00.000+07:002016-09-13T19:58:33.940+07:00Inilah Perkembangan Motorik Halus Balita 2-3 Tahun?<div style="text-align: justify;">
Di usia 2,5 tahun ini perkembangan <i>Fine Motor </i>(Motorik Halus) Alaric kian berkembang. Oya, buat ayah bunda yang belum tahu apa itu Fine Motor, <i>skill </i>ini identik dengan koordinasi jari-jari tangan. Sebagai salah satu fokus perkembangan domain <b>Fisik, b</b>erkembangnya <i>fine motor</i> akan membantu anak menggunakan tangannya lebih stabil terutama dalam memegang benda sehingga tidak mudah jatuh. Di usia dewasa <i>fine motor </i>sangat dibutuhkan oleh seorang dokter bedah, mekanik, arsitek, dan banyak profesi lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain kemampuan<a href="http://alaric.bangsaid.com/2016/09/belajar-melepas-pakaian-sendiri.html" target="_blank"> Alaric menarik celana</a> atau pun kaos kakinya, perkembangan <i>fine motor</i> berikutnya yang tampak di usia 30 bulan ini adalah kemampuannya memegang alat tulis. Jika di usia 2 tahun kemarin Alaric masih memegang spidol atau krayon dengan cara menggenggam, sekarang beberapa kali dia sudah belajar memegangnya menggunakan 3 hingga 4 jarinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDCNnBK7rW_hAp1HgdEHqYHbaiTYU_e5WRfEBym_twzn8qshGUsqf_3n29Hwr1cBOzNgpSmBf2q8UK81TPaNACrCMyh-cBl66Wj_9MgwvA03C0g0FGo6Xzw22i13XGO57NFkPQVpi08FA/s1600/upload_-1" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDCNnBK7rW_hAp1HgdEHqYHbaiTYU_e5WRfEBym_twzn8qshGUsqf_3n29Hwr1cBOzNgpSmBf2q8UK81TPaNACrCMyh-cBl66Wj_9MgwvA03C0g0FGo6Xzw22i13XGO57NFkPQVpi08FA/s400/upload_-1" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihatlah foto di atas. Spidol biru dipegangnya menggunakan ibu jari, jari terlunjuk, dan jari tengah. Meskipun coretannya masih acak, sekarang Alaric sudah berusaha mendeskripsikan apa yang dia gambar. "Ayah sedang mengendarai Beko," katanya tadi siang. Ayah pun berusaha menulis apa yang dia ucapkan agar dia <i>aware </i>dengan tulisan-tulisan dan huruf. Tidak di-<i>drill</i>. Ayah hanya memodelkan saja selebihnya biarkan Alaric 'membaca' apa yang ayah lakukan secara konsisten. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Alaric juga mulai menyusun kubus secara horizontal. Sebelumnya Alaric menyusun kubus-kubus ronce itu ke atas tanpa terjatuh. Dari sini selain perkembangan <i>fine motor</i> ayah bisa melihat tahap membaca dan menulisnya. Alaric baru membaca warna dan bentuk saja. Dia tahu semua warna kubus (4 warna) yang disusunnya. Namun susunannya masih acak. Belum ada pola-pola tertentu, persis seperti coretan spidolnya di kertas yang juga belum ada pola-pola. Tak lupa untuk membangun kemampuan <i>logic-mathematic</i> nya Ayah mengajak Alaric menghitung kubus sesuai warnanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Satu, dua, tiga empat... Merah, empat," katanya gembira ketika menghitung kubus berwarna merah pada menara kubus yang dibuatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, ada 4 kubus berwarna merah," Ayah memberikan penguatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oya, supaya ayah bunda tidak penasaran. Bagaimana sih sebenarnya perkembangan Motorik Halus anak usia 2 - 3 tahun?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Daftar perkembangan motorik halus dibawah ini saya rangkum berdasarkan pengamatan perkembangan Alaric, perkembangan murid-murid kami di sekolah, dan juga bahan bacaan lainnya :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Kemampuan memegang benda dengan tangan sudah mulai stabil dan hampir jarang sekali bendanya terjatuh.</li>
<li>Mulai mengkoordinasikan kedua tangan. Jika dirasa berat dengan satu tangan, dia akan memindahkan benda yang dipegang ke tangan yang lain.</li>
<li>Salah satu tangan akan mendominasi dalam sebuah kegiatan sedangkan tangan lain membantu. Misalnya, mulai menggunakan kedua tangan untuk membuka tutup botol. </li>
<li>Memegang krayon dengan seluruh tangan dan mulai menggunakan 3 jarinya ketika berusia 30 bulan.</li>
<li>Mulai menunjukkan kemampuan sederhana dalam menggunakan krayon atau kuas, misalnya membuat garis horizontal,vertikal, atau melingkar.</li>
<li>Mulai merobek kertas dengan 2 jari (jempol dan telunjuk).</li>
<li>Di usia 3 tahun mulai menggunakan gunting untuk menggunting kertas dengan satu tangan, sedangkan tangan lain memegang kertas.</li>
</ul>
<div>
Oya, perkembangan yang nampak pada Anak adalah bahasa natural anak yang harus dipahami oleh orang tua. Pemahaman yang baik terhadap perkembangan anak akan membantu guru dan orang tua dalam merancang program bermutu pada anak. Hindari <i>drilling</i> atau pemaksaan. Perkembangan motorik yang saya tulis di atas adalah murni lahir dari anak dengan stimulus-stimulus yang tepat dari orang dewasa.</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-8906198773446724752016-09-11T23:09:00.000+07:002016-09-11T23:09:11.872+07:00Belajar Melepas Pakaian Sendiri<div style="text-align: justify;">
Perkembangan terbaru Alaric di usia 2,5 tahunnya ini adalah perkembangan kemandirian. Beberapa hari yang lalu sepulang dari sekolah, Alaric duduk di lantai. Kemudian dengan susah payah berusaha melepas kaus kaki dengan menariknya. Awalnya ayah ingin sekali membantu. Sayangnya karena anak-anak pada usia ini sangat ingin menunjukkan apa yang dia bisa lakukan dengan sekuat tenaga, akhirnya ayah tak jadi membantu lantaran Alaric sudah teriak "Al aja..." saat ayah tawarkan bantuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi74kB62eRiKI-5wg0g3W29fFdRvPUcP_wTzeLaatPJ1ngrs5nzwjnaEv5w7Gub1M_it3Ip21S1x4pD2tfQ2xbsQpzpplZ2F9IdSy5t_B0LyETukGglUOhcIGKWKABHNADMgl3bRRmORG0/s1600/upload_-1" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi74kB62eRiKI-5wg0g3W29fFdRvPUcP_wTzeLaatPJ1ngrs5nzwjnaEv5w7Gub1M_it3Ip21S1x4pD2tfQ2xbsQpzpplZ2F9IdSy5t_B0LyETukGglUOhcIGKWKABHNADMgl3bRRmORG0/s640/upload_-1" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alaric berusaha keras melepas kaus kakinya</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya berhasil juga. Ayah dan bunda memang harus sabar menunggu. Kalau orang tua tidak sabar, tentu sudah dibukakan dan akhirnya anak tidak belajar. Padahal, melepas pakaian yang dikenakan seperti kaus kaki, celana, maupun baju kaus dalam adalah tahap awal dalam kemandirian berpakaian. Perkembangan ini seharusnya sudah muncul di usia anak 2 hingga 3 tahun. Jika belum muncul apalagi sampai usia 5 tahun masih dibantu oleh orang dewasa dalam melepas pakaian, orang tua harus segera menyiapkan program yang tepat. Jika dibangun dengan benar, seharusnya di usia 4 hingga 5 tahun, anak sudah mampu memakai baju sendiri dan hanya sesekali dibantu memasukkan kancing atau menarik resleting.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari kemudian, kemampuan berpakaian Alaric bertambah. Dia berhasil melepas celana dalamnya sendiri. Saat ayah memberikan selamat, Alaric bahkan termotivasi untuk melepas sendiri kaus dalamnya. Karena koordinasi kedua lengan belum maksimal, ayah dan bunda harus bantu menarik baju sedikit, sampai kemudian dia berhasil menariknya dari tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penting bagi orang tua untuk memastikan ananda berhasil dalam melakukan sesuatu pada usia 2 hingga 3 tahun ini. Salah satunya saat anak belajar melepas pakaian. Karena menurut Erik Erikson, anak-anak pada usia ini sedang membangun <b>Tekad</b>. Mereka sadar dapat melakukan sesuatu dan selalu ingin berhasil. Tugas para orang tua adalah menjaga agar tidak gagal dalam melakukannya.</div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-70514166757678110012016-07-11T21:27:00.001+07:002016-07-11T21:28:41.572+07:00Libur Lebaran Kurang Sehat, Alaric Tak Banyak Jalan-jalanMudik tahun ini benar-benar kurang seru buat Al maupun bunda. Pasalnya sejak sebelum pulang mudik Alaric sudah bawa penyakit. Bisulan di matanya belum juga sembuh menjelang hari keberangkatan di akhir bulan Juni kemarin.<br><br>Pun begitu ketika di pesawat. Meskipun ini bukan pengalaman pertama naik pesawat, tapi pulang kali ini Al sedikit takut. Ketika mulai lepas landas bahkan Al memeluk erat saya, tak mau duduk di kursinya sendiri sambil berkata "Ayah.. dada Aal sakit". Akibatnya mba Pramugari harus bawakan lagi belt pengaman tambahan.<br><br><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ8bnDJTYo3bLqVzsCLFHEnXwxHkRehwZHCYW4r2aeO_9mXfOkT9EhJvdrnDHjTMSfdObvY7jfKhoaVLlM6gSBCBiJcf0j16bH0PKp-PWW38ZwU87uY72b5ije7IniRoN3DzHiBnHtAKc/" alt="" width="240" height="320"> <br><br>Padahal pulang kali ini naik Garuda biar si Al merasa nyaman karena ini adalah pertama kalinya Alaric duduk di kursinya sendiri di peswat. Boneka, layar monitor dengan video dan lagu anak-anak, serta buku yang dibawakan si mba Pramugari juga tak bisa menghilangkan ketakutannya.<br><br>Sesampainya di rumah nenek, kondisi Alaric juga tidak segera cepat pulih. Karena bawaan sakitnya Alaric cukup rewel. Bahkan beberapa hari menjelang lebaran badannya kembali terasa panas. Namun syukur Alhamdulillah, di hari lebaran bisul di mata sudah kempes. <br><br>Hal yang tak diinginkan pun datang. Berhubung aneka soft drink adalah hal wajib ketika lebaran, pun begitu di rumah neneknya, Alaric jadi lepas kontrol menyantap minuman-minuman ini sehingga membuat batuknya di malam hari agak sedikit parah. Jadilah tidur ayah dan mama menjadi kurang nyenyak.<br><br>Menjelang kembali ke Tangerang, badan Alaric kembali panas. Ada bisul lagi di hidungnya meski tak besar. Nenek pun menyarankan untuk berobat dan akhirnya Alaric minum juga obat penurun panas selain madu. Libur lebaran kali ini pun akhirnya kita ga terlalu banyak jalan-jalan mengingat kondisi Al yang kurang sehat. <br><br>Semoga di hari-h nya nanti ketika terbang kembali Alaric sudah sehat. Aamiin....<br><br><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy4qwv1sP_F5rerK1aHMpPHSgP84tr6WM5jn3a-Zpe6lWx02A8SQPQIA25y_Etc1ERYtiz01otwcdbDbUebWEvlA6qp2ixKB2vdxOw5qXs2m_-Xgt_iMCGNvXAVvYyrpwl5r6e_3XFT80/" alt="" width="240" height="320"><br>Alaric | Ayah | Bunda >> Mohon maaf lahir bathin ya... πππSaid Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-14619897719136736242016-06-26T12:18:00.001+07:002016-09-11T23:39:56.644+07:00Bisul Pada Mata Balita, Apa Penyebabnya?Sudah 3 hari ini mata sebelah kanan Alaric terlihat bengkak. Jenisnya sih bisul. Tadinya ada di kelopak atas dan bawah. Tapi yang bawah sudah sempat 'meletus' ketika bangun pagi lusa lalu dan darahnya kemana-mana. Tapi yang atas sekarang malah makin terlihat 'matang'.<br><br>Ada yang bilang bisul berhubungan dengan kelebihan atau alergi protein. Memang Alaric doyannya telur. Sudah 3 minggu ini pula kita di rumah lebih sering makan <i>seafood </i>seperti ikan, udang, dan cumi setiap hari. Makanya ngga salah kemudian beberapa teman di sekolah bilang kalau Alaric kelebihan protein.<br><br>Tapi <i>eitss...</i> nanti dulu. Selama ini dia juga makan telur dan ngga pernah bisulan. Tapi kenapa baru sekarang?<br><br><div style="text-align: center;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtM1HCKYb4lOKOvFqORAm7agIuwi2NBFHvPk_g6l1OtPKMN9PAbRgl1nOFOAVYToXp53FKNzaiUGSJ8zG7hqhy2h6b0HBiLUT7LKwQEbIGQNEqV-Y-4ZFhYLSiqRLXsrD5PgMJGbkC1V0/" alt="" width="240" height="320" style="font-size: 17px;"></div><br>Pertanyaan tadi jadi misteri untuk ayah dan bundanya. Selain penasaran, dan Alaric juga sulit sekali kalo harus minum obat semacam antibiotik. <i>Lha </i>diolesi salep aja dia suka berontak. Satu-satunya obat buat dia ya madu dan ekstrak sambiloto yang biasa jadi campuran air minum. Sementara itu besok Senin (27/6) kita musti mudik.<br><br>Akhirnya ayah browsing juga dan nemu informasi yang sepertinya valid dan pas kasusnya dengan apa yang Alaric alami. Seperti dikutip dari <i>ayahbunda.co.id, </i>bisul pada mata balita biasanya disebabkan oleh kotoran yang masuk ke mata. Kadang-kadang disertai infeksi dengan tanda-tanda mata memerah, gatal, juga sakit. Bisul kadang di kelopak luar, kadang juga di kelopak mata bagian dalam. Nah, Alaric sendiri yang terinfeksi adalah kelopak mata bagian luar. Baik kelopak mata atas maupun bawah.<br><br>Dari mana kotoran dan debu bisa masuk? Sehubungan dengan jarak rumah dan sekolah yang sudah lumayan jauh (sekira setengaj jam perjalanan), Alaric yang senang berdiri di jok bagian belakang cukup rentan matanya kemasukan debu. Nah, inilah penyebabnya. Sehingga penting sekali buat anak balita yang sering bepergian dengan sepeda motor agar melindungi matanya dengan kacamata.<br><br>Sedangkan untuk pengobatan, mau tak mau antibiotik baik salep antibiotik maupun obat yang diminum. Meskipun demikian, kami hanya berikan Alaric obat luar (salep). Untuk obat dalam hanya mengandalkan herbal sambiloto dan juga madu.<br><br>Semoga cepat sembuh ya naak<br><br>Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6268794140575565101.post-59064546384157475372016-05-21T04:41:00.000+07:002016-05-21T04:41:15.207+07:00Apa, Siapa, Mana, Dimana, Dari mana<div style="text-align: justify;">
Judul tulisan kali ini adalah beberapa dari sekian banyak kata tanya. Lebih tepatnya ada kurang lebih 5 kata tanya yang dipahami oleh Alaric saat ini. <i>Subhanallah</i>.. ya. Seolah-olah dia paham dengan sendirinya. Dari mana? Tentu saja proses ini tidak berlangsung dalam waktu yang singkat. Ada proses panjang seperti kata <i>Ellen Galinsky</i> dalam bukunya Mind in The Making, bahwa bayi lahir hingga usia 4 bulan dibangun <i>language sense</i> nya melalui banyaknya interaksi verbal yang kita lakukan bersamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Interaksi verbal juga seharusnya sudah mulai dilakukan ketika bayi masih di dalam kandungan. Ketika sel-sel saraf pendengarannya mulai terbentuk di bulan kedua kehamilan, ibu sudah seharusnya banyak bercakap-cakap bersama bayi yang masih di dalam rahim. Segala apapun yang akan ibu lakukan, sebaiknya diverbalkan kepada bayinya. Proses ini harus terus dilanjutkan hingga bayi lahir ke dunia agar <i>clear</i> di usia 4 bulannya, bayi sudah memiliki <i>language sense</i>, awal komunikasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.holycrapitslate.com/wp-content/uploads/2015/02/question-mark.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.holycrapitslate.com/wp-content/uploads/2015/02/question-mark.jpg" height="640" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali kepada Alaric, jika kita berbicara dengannya khususnya bertanya menggunakan kata tanya <b>apa, siapa, mana (</b>termasuk <b>dimana </b>dan <b>dari mana</b>) dia sudah bisa menjawab pertanyaan kita sesuai konteksnya. Contohnya ketika melihat foto orang yang dikenalinya, dia akan menjawab "ayah". Pun begitu dengan pertanyaan yang diawali dengan kata apa (menanyakan benda). Ini adalah kata tanya pertama yang dipahami olehnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring dengan pemahamannya terhadap beberapa tempat dan lokasi, Alaric juga memahami pertanyaan dengan kata <b>mana</b>. Misalkan ketika ayah bertanya, "Mama dimana?" Alaric menjawab "Dapur".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jawabannya memang masih singkat sesuai dengan tahapan <i>expressive language</i> nya yang baru mulai merangkai kalimat dengan dua hingga empat kata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Said Rahmanhttp://www.blogger.com/profile/07158599027591415670noreply@blogger.com1